'Apapun bentuknya, narkoba merusak generasi muda."
Merdeka.com, Semarang - Rambut gondrong dan badan kurus menjadi perawakan dari Khaerul Anwar, salah seorang mantan pecandu narkotika asal Kota Semarang ini. Meski begitu, dia adalah contoh bagaimana narkotika telah merusak kehidupan anak bangsa sehingga harus dihindari. Sadar akan hal itu, Khaerul Anwar terus berupaya menyadarkan anak-anak generasi muda bangsa untuk menjauhi narkotika. Sebab menurutnya, narkotika adalah jalan menuju kehancuran.
"Pemakaian narkoba seringkali diawali dari proses mencoba. Awalnya seorang pemula diberikan secara cuma-cuma. Lambat laun setelah kecanduan, maka dia akan mencari barang terlarang itu dengan sendirinya. Bahkan, seseorang seringkali bersedia melakukan segala sesuatu untuk mendapatkan narkoba," terang Khaerul dalam acara sosialisasi penyuluhan, pencegahan, dan perlindungan bahaya destruktif bagi generasi muda, Khaerul Anwar, di aula Balai Kota Semarang, baru-baru ini.
Menurut Khaerul, lingkungan pertemanan memiliki porsi yang cukup besar dalam mempengaruhi perilaku seseorang. Tidak jarang perbuatan negatif diawali dari pergaulan yang tidak terkontrol dengan baik. Lingkungan pertemanan merupakan salah satu faktor eskternal yang berperan dalam membentuk karakter hidup individu.
Dia menceritakan bahwa awal memakai narkoba karena lingkungan pergaulan yang salah saat berada di Jakarta. Sudah sejak SMP, dia mulai mengenal rokok, minum-minuman keras dan kemudian masuk dalam dunia hitam narkotika. "Awalnya ada teman yang menawarkan putaw secara cuma-cuma. Setelah itu menjadi kecanduan. Saya dulu memakai narkoba menggunakan jarum suntik,'' terangnya.
Setelah kecanduan, Khaerul mengaku hidupnya menjadi berantakan. Untuk itu dia berharap generasi muda saat ini mampu menjauhi narkoba. Sebab, bahaya narkoba tidak hanya selesai pada kecanduan, namun nantinya dapat merembet kepada penularan HIV/AIDS. ''Apapun bentuknya, narkoba merusak generasi muda. Peredaran sabu hingga saat ini masih banyak, jangan sampai kena. Jangan pernah untuk berkeinginan mencoba narkoba walaupun hanya sedikit,'' ujar dia.
Titik balik Anwar bertobat bermula dari usahanya menghindar dari lingkungan pemakai narkoba. Tanpa itu maka dia akan selalu tersugesti dan saat sakaw akan mudah kembali lagi memakai narkoba.
''Beruntung dukungan keluarga sangat besar agar saya terlepas dari narkoba. Saya sempat diungsikan ke Riau selama setahun. Saat sudah mulai sembuh, balik ke Jakarta ternyata menjadi pecandu lagi. Akibat bergaul dengan lingkungan teman-teman lama pemakai. Orang tua tahu kemudian mengusir dari rumah. Saya lari hingga ke Bali. Sempat berhenti beberapa bulan, namun kumat lagi mencandu karena bertemu pemakai narkoba. Saya benar-benar berhenti tahun 2002 karena lingkungan di Jogja waktu itu tidak ada yang narkoba,'' papar dia.
Sementara itu, Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kota Semarang, Gurun Risyadmoko, mengatakan, kegiatan ini untuk mengedukasi remaja agar tahu bahaya narkoba dan penularan penyakit HIV/AIDS. Pihaknya mengundang praktisi langsung yang menguasai permasalahan tersebut.
''Pemakai narkoba berasal dari dua faktor internal dan eksternal. Faktor internal bisa jadi karena berasal dari keluarga, tekanan masalah yang berat, maupun merasa rendah diri. Faktor eksternal bisa karena iseng mencoba-coba narkoba ataupun lingkungan pergaulan yang salah. Maka perlu diberikan sosialisasi untuk menghindari bahaya narkoba dan HIV/AIDS. Harapan usai dari kegiatan ini yaitu peserta dapat menjadi relawan yang kemudian dapat menyampaikan kembali ilmunya kepada masyarakat luas,'' ujar dia.