1. HOME
  2. KABAR SEMARANG

Berdedikasi, Sopir BRT Perempuan Ini Dapat Penghargaan Kartini Modern

"Keluarga sangat support dan mendukung pekerjaan saya."

Sri Suprihatinah berfoto bersma Tia Hendi usai menerima penghargaan.. ©2016 Merdeka.com Editor : Nur Salam | Contributor : Andi Pujakesuma | Minggu, 21 April 2019 22:58

Merdeka.com, Semarang - Sri Suprihatinah menerima penghargaan Anne Avantie Award di Aula Balai Kota Semarang, bertepatan dengan peringatan Hari Kartini Minggu 21 April 2019. Penghargaan Anne Avantie diberikan kepada Sri dan 20 perempuan lainnya yang selama ini telah memberikan kepedulian jasa terhadap masalah-masalah sosial dan kemanusiaan.

Hadir dalam kegiatan tersebut Ketua Tim Penggerak PKK Kota Semarang Krisseptiana Hendrar Prihadi atau yang lebih akrab disapa Tia Hendi. Bersama Anna Avantie, Tia menyerahkan penghargaan kepada pemenang.

Sri merasa bangga menerima penghargaan atas dedikasinya dalam bekerja. Wanita yang sehari-hari bekerja sebagai pengemudi BRT Trans Semarang Koridor 1 jurusan Penggaron-Mangkang ini mengaku senang karena mendapat perhatian.

Warga Mayong, Jepara yang lahir di Jakarta 6 Juni 1973, mulai mengemudi sejak 1995 di mana ia telah terbiasa membawa kendaraan besar. Selanjutnya, pada tahun 2007, dia bergabung dengan Trans Jakarta mengemudikan armada jurusan Kampung Melayu-Ancol hingga 2016. Kemudian dia mengemudikan armada Damri koridor 5 jurusan Harmoni-Lebak Bulus 2016-2018.

Kemudian Sri bergabung dengan Trans Semarang Koridor 1 jurusan Mangkang-Penggaron sejak Maret 2019. Sri bekerja secara sift. Pada saat bertugas sift pagi, sejak pukul 05.00 WIB dia telah memulai aktivitas berupa menyalakan armada untuk melakukan pemanasan mesin, dan jika sift siang pukul 11.00WIB.

Sri menceritakan pengalaman sebagai driver lebih menantang, apalagi menjadi pengemudi Trans Semarang. "Di Semarang jalur BRT masih menjadi satu dengan Angkutan Kota (angkot), kendaraan umum, kendaraan pribadi. Sehingga dibutuhkan kejelian, kewaspadaan, konsentrasi dan kesabaran yang tinggi," kata dia.

Terkait dengan kendala atau hambatan menjadi driver Trans Semarang, Sri menuturkan kendala tersulit adalah saat terjadi ban bocor atau saat kopling nyeplus (transisi).

Saat ditanya apakah keluarga tidak keberatan dengan pekerjaannya, ia Mengungkapkan jika keluarga sangat mendukung. "Keluarga sangat support dan mendukung pekerjaan saya. Bahkan anak saya yang saat ini kuliah di Universitas Gadjah Mada, sangat bangga," pungkasnya.

(NS) Laporan: Andi Pujakesuma
  1. Peristiwa
  2. Pemkot Semarang
KOMENTAR ANDA