1. HOME
  2. PARIWISATA

Desa Wisata Kandri bergeliat, warga semakin sejahtera

"Melihat wisatawan semakin banyak, warga terus berupaya membuat terobosan-terobosan baru yang lebih menarik dan kekinian,”

Pengunjung memanfaatkan spot foto di atas awan yang berada di Desa Wisata Kandri.. ©2016 Merdeka.com Editor : Nur Salam | Contributor : Andi Pujakesuma | Jum'at, 19 Oktober 2018 17:44

Merdeka.com, Semarang - Banyak program yang dilakukan Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang dalam rangka menurunkan angka kemiskinan masyarakat. Salah satunya adalah program pemberdayaan masyarakat berbasis desa wisata.

Sejak diluncurkan beberapa tahun lalu, program tersebut terbukti dapat menurunkan angka kemiskinan di kawasan pinggiran. Bahkan tidak hanya penurunan, namun program pemberdayaan masyarakat berbasis desa wisata ini terbukti mampu mengentaskan persoalan ekonomi masyarakat dan membuat hidup masyarakat lebih sejahtera.

Kota Semarang memiliki banyak sekali desa wisata, salah satunya Desa Wisata Kandri. Terletak di Kecamatan Gunungpati Kota Semarang, Desa Wisata Kandri kini terus bergeliat dan ramai dikunjungi wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.

Hal itu tentu saja membuat kehidupan masyarakat berubah, baik dari segi kebiasaan ataupun kesejahteraan. Saat ini, warga merasakan dampak sangat luar biasa, khususnya di bidang ekonomi yang terus meningkat.

“Sekarang tidak perlu capek lagi mencangkul di sawah, cukup duduk sambil menunggu wisatawan, maka rezeki akan datang sendiri. Dan hasilnya tentu jauh lebih besar dari menjadi petani dulu,” kata Kusno, 40, warga Dusun Talunkacang Desa Wisata Kandri sambil tersenyum, Jumat (19/10).

Kusno adalah salah seorang warga yang memanfaatkan program desa wisata dengan bisnis persewaan perahu wisata di Waduk Jatibarang. Dengan bisnisnya itu, Kusno mengaku dalam sehari mampu menghasilkan uang Rp 300 ribu dari perahu wisatanya.

Jumlah itu akan naik berlipat jika libur atau hari besar tiba, seperti hari libur Idul Fitri dan lainnya. “Saat libur nasional seperti itu, sehari bisa mendapatkan Rp1,5 juta, bahkan bisa lebih,” terangnya.

Selain Kusno, ratusan warga Kandri lainnya juga seolah mendapat durian runtuh dengan ditetapkannya Kandri sebagai desa wisata. Mereka mengaku perekonomian tumbuh dengan pesat yang berdampak pada peningkatan sektor lainnya, seperti pendidikan anak, kesehatan dan sebagainya.

“Kalau dulu hanya mengandalkan hasil panen setahun sekali, sekarang uang datang setiap hari. Memang saya rasakan perubahannya sangat pesat,” kata Achmadi yang menekuni bisnis Homestay di lokasi itu.

Achmadi mengakui, dalam sebulan tidak kurang dari Rp10 juta uang yang didapatkannya dari hasil pengelolaan homestay yang ditujukan kepada wisatawan. Bahkan jumlah itu akan meningkat saat perayaan hari libur nasional dan hari besar lainnya.

“Hasilnya berkalilipat dibanding menjadi petani dulu. Sekarang tidak perlu khawatir merugi karena gagal panen akibat padi diserang hama,” selorohnya sambil tertawa.

Tak hanya Homestay dan perahu wisata, kreativitas masyarakat Desa Wisata Kandri terus berkembang seiring adanya program itu. Berbagai bisnis yang berbau wisata seperti kuliner, hasil olahan kerajinan hingga tempat-tempat yang sengaja dibuat untuk menarik wisatawan seperti rumah pohon, spot selfie di atas awan serta program lainnya bermunculan.

“Memang sejak dijadikan desa wisata, masyarakat di sini tambah kreatif dalam mengoptimalkan moment dan potensi yang ada. Melihat wisatawan semakin banyak, warga terus berupaya membuat terobosan-terobosan baru yang lebih menarik dan kekinian,” kata Widodo, Sekertaris Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Suko Makmur di Desa Wisata Kandri.

Yang lebih membanggakan lagi, lanjut dia, kreativitas dan inovasi itu dimotori oleh anak-anak muda di wilayah tersebut. Padahal, dahulu sangat sulit menemukan anak muda di Kandri. Mereka banyak yang memilih pergi merantau ke kota lain untuk mencari pekerjaan. Namun kini, banyak yang kembali ke desa dan menjadi penggerak ekonomi keluarganya.

Kalau dulu anak muda memilih merantau karena tidak mau jadi petani, sekarang mereka semua kembali dan berkreasi untuk menjadikan Desa Wisata Kandri semakin maju. "Ada yang membuat rumah pohon, ada yang membuat foto selfie di atas awan, outbond dan konsep wisata lainnya yang sedang moncer di kalangan anak muda,” terangnya.

Penurunan angka kemiskinan, lanjut Widodo, sangat terasa di Desa Wisata Kandri dengan adanya Program Desa Wisata ini. Hal itu bisa dibuktikan dari kesejahteraan warga yang semakin meningkat serta perhatian warga terhadap pendidikan anak semakin tinggi.

Jika dahulu banyak anak-anak di Kandri yang tidak bisa bersekolah karena orang tua mereka kesulitan ekonomi. Namun saat ini, Widodo mengaku sudah banyak anak yang sekolah hingga di bangku perguruan tinggi.

“Pendidikan terendah anak-anak Kandri saat ini adalah tamatan SMA. Yang jadi sarjana sudah banyak. Ini adalah bukti bahwa Desa Wisata ini membuat kehidupan masyarakat Kandri lebih sejahtera,” pungkasnya.

(NS) Laporan: Andi Pujakesuma
  1. Ragam
KOMENTAR ANDA