1. HOME
  2. KOMUNITAS

Komunitas Kampoeng Hompimpa, kenalkan dolanan tradisional pada generasi muda

"Yang rutin kami lakukan adalah di Car Free Day Jalan Pahlawan Kota Semarang."

Anak-anak asyik memainkan permainan tradisional dari dahan pisang sambil diajarkan cara membuatnya oleh anggota Komunitas Kampoeng Hompimpa Semarang, belum lama ini.. ©2016 Merdeka.com Editor : Nur Salam | Contributor : Andi Pujakesuma | Minggu, 29 Juli 2018 16:16

Merdeka.com, Semarang - Keberadaan permainan tradisional atau dolanan tradisional kini mulai terkikis oleh kemajuan zaman. Aneka permainan unik dan menarik itu kini mulai luntur dan tergantikan dengan permainan modern dari gadget.

Tidak hanya di kota, di desa-desa pun dolanan tradisional mulai ditinggalkan. Anak-anak lebih asyik bermain permainan modern yang ada di internet ataupun handphone. Padahal, dolanan tradisional tidak hanya memberikan kesenangan. Banyak pelajaran moral yang diajarkan dalam setiap permainan itu.

Sadar akan hal tersebut, sekelompok anak muda yang tergabung dalam Komunitas Kampoeng Hompimpa menginisiasi untuk melestarikan dan kembali mengenalkan aneka dolanan tradisional. Dengan cakupan nasional, kini Kampoeng Hompimpa terus melebarkan sayap dan tumbuh di berbagai kota besar di Indonesia.

Di Kota Semarang, Kampoeng Hompimpa berada di Gunungpati. Berdiri sejak Januari 2017 lalu, komunitas ini terus konsen terhadap permainan tradisional. "Kampoeng Hompimpa merupakan sebuah komunitas yang konsen terhadap permainan tradisional. Kami berdiri di sejumlah kota besar, termasuk Kota Semarang ini," kata Ketua Kampoeng Hompimpa Semarang, Ahmad Misbakhul Munir.

Munir menerangkan, kegiatan Kampoeng Hompimpa adalah mengenalkan aneka permainan tradisional kepada anak-anak. Kegiatan yang rutin dilakukan adalah dengan membawa aneka permainan tradisional dalam setiap kegiatan yang digelar. "Yang rutin kami lakukan adalah di Car Free Day Jalan Pahlawan Kota Semarang. Setiap dua minggu sekali, kami menggelar acara di lokasi itu," terangnya.

Selain itu, lanjut munir, komunitasnya juga kerap mengunjungi sejumlah sekolah-sekolah di Kota Semarang. Dalam setiap kunjungannya itu, mereka mengajak anak-anak untuk bermain dengan aneka permainan tradisional.

"Jenisnya ada banyak, mungkin sampai ribuan permainan tradisional di negara ini. Mulai engklek, egrang, kelereng, bakiak, balap karung, otok-otok, gasing, dakon, telpon kaleng, panggalan dan banyak lagi yang lainnya," ucap dia.

Menurutnya, keberadaan permainan tidak hanya memberikan kesenangan semata. Namun, banyak nilai-nilai pendidikan kepada anak yang diajarkan dalam permainan itu.

"Semua permainan tradisional seluruhnya hampir tidak bisa dimainkan sendiri, jadi membutuhkan teman untuk memainkannya. Dan itu mengajarkan kepekaan sosial, toleransi, saling menghormati, menghargai dan banyak lagi pelajaran lain yang didapatkan," tambahnya.

Tidak seperti bermain gadget atau game online, dimana permainan itu bisa dimainkan sendiri. Sehingga, anak yang kecanduan bermain game online biasanya sulit bergaul dengan teman-temannya.

"Untuk itu, kami akan terus mengenalkan dan mengajak anak-anak bermain dolanan tradisional. Kami juga berharap pemerintah dan instansi terkait memperbanyak kegiatan yang bertujuan mengenalkan kembali permainan tradisional kepada generasi bangsa," tutupnya.

Sementara itu, Muntoha,12, salah satu anak Kota Semarang mengaku baru melihat aneka permainan tradisional itu. Dia mengaku senang dapat memainkan aneka permainan tradisional bersama teman-temannya. "Selain itu ini juga diajari cara membuatnya, susah juga ternyata. Tapi asyik karena bisa bermain dengan permainan hasil karya sendiri," ucapnya.

(NS) Laporan: Andi Pujakesuma
  1. Peristiwa
  2. Pendidikan
  3. Budaya
KOMENTAR ANDA