"Kalau kita menyebut (keadaan) sulit, orang yang berhak (kurang beruntung) justru lebih sulit lagi,"
Merdeka.com, Semarang - Hari Raya Idul Adha memiliki makna mendalam bagi umat muslim di seluruh dunia, khususnya bagi mereka yang mampu melaksanakan ibadah kurban. Dalam kondisi sesulit apapun ketika masih mampu dan tetap melaksanakan ibadah kurban, sama halnya dengan meneladani semangat keikhlasan Nabi Ibrahim dan Ismail.
Hal itu disampaikan oleh Rektor Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) Muhdi di sela pelaksanaan penyembelihan hewan kurban di Kampus IV UPGRIS, Rabu (22/8). "Sekalipun mungkin pada 2018 ini, masyarakat umum, saya kira banyak yang merasakan secara ekonomi tidak lebih bagus. Karena memang daya beli sedang menurun, tapi alhamdulillah semangat untuk berkurban masih sangat tinggi," ujarnya.
Tak terkecuali, kata dia, kalangan dosen dan karyawan di lingkungan Kampus UPGRIS. Meski keadaan ekonomi menurun, namun tak membuat luntur semangat untuk tetap berkurban di Hari Raya Idul Adha. "Saya melihat, teman-teman (jajaran pimpinan, dosen dan karyawan UPGRIS) banyak yang tidak pernah tidak berkurban setiap tahunnya. Saya kira ini satu hal, semangat berkurban yang luar biasa, bukan hanya dibutuhkan sebagai warga negara dan bangsa tapi juga sebagai umat muslim," bebernya.
Dia menyebutkan, sebagai umat muslim sudah semestinya meneladani semangat berkurban dan semangat keikhlasan yang dimiliki oleh Nabi Ibrahim Alaihis Salam (AS) dan Nabi Ismail AS. "Mungkin keteladanannya disimbolkan dengan sangat ekstrim ya, tapi hikmah daripada semua itu adalah sebagai umat muslim, kapanpun dan dalam keadaan apapun, sepanjang ada kemampuan kita harus berkurban. Semua ini diperuntukkan bagi sudara-saudara kita yang kurang beruntung. Kalau kita menyebut (keadaan) sulit, orang yang berhak (kurang beruntung) justru lebih sulit lagi," paparnya.
Dengan pemberian daging kurban, masyarakat kurang mampu pun dapat ikut merayakan Hari Raya Idul Adha. Pada pelaksanaan kurban di Kampus UPGRIS, tercatat delapan ekor sapi dan empat ekor kambing dikurbankan. Hewan kurban tersebut berasal dari dosen, karyawan serta pengurus yayasan.
"Ada juga yang berkurban di lingkungan (rumah) sendiri, tidak apa-apa karena di lingkungannya memang sangat membutuhkan hewan kurban. Yang jelas, untuk pembagian daging kurban di sini, kita tidak membagikan kupon agar tidak terjadi kericuhan. Kita menge-drop ke pihak penerima, panti asuhan dan masyarakat di sekitar kampus. Kalau bisa memang begitu, jangan sampai kita menyulitkan pihak penerima daging kurban," ungkapnya.