1. HOME
  2. PARIWISATA

Spektakuler, Hendi Rutinkan Pagelaran Mahakarya Legenda Goa Kreo

“Pertunjukkannya spektakuler, tidak kalah dengan pertunjukan yang pernah saya datangi di Bali."

Wali Kota Hendi bersama istri tertawa melihat atraksi Mahakarya Legenda Goa Kreo, belum lama ini.. ©2016 Merdeka.com Editor : Nur Salam | Contributor : Andi Pujakesuma | Rabu, 12 Juni 2019 11:11

Merdeka.com, Semarang - Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi terus berkomitmen untuk melestarikan budaya Kota Semarang dengan menghadirkan atraksi untuk memikat wisatawan. Salah satunya dengan menggelar pementasan Mahakarya Legenda Goa Kreo di Plaza Kandri, Kecamatan Gunung Pati, Minggu (9/6) lalu.

Tidak tanggung-tanggung, agar meriah dan spektakuler, puluhan penari dan seniman muda Kota Semarang dilibatkan dalam atraksi tersebut. Dengan iringan musik gamelan, disertai permainan tata cahaya panggung yang memukau hingga venue yang menarik di bibir Waduk Jatibarang, acara itu berlangsung meriah dan menimbulkan decak kagum.

“Pertunjukkannya spektakuler, tidak kalah dengan pertunjukan yang pernah saya datangi di Bali. Yang istimewa lagi adalah, atraksi tersebut disuguhkan dalam narasi dua bahasa yakni Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris," puji Hendi.

Pentas tari tersebut berkisah tentang perjalanan Sunan Kalijogo saat ingin mencari Soko Guru Masjid Demak pada masa kejayaan Kesultanan Demak di bawah kepemimpinan Raden Patah. Dalam pencarian kayu jati sebagai Soko Guru tersebut, Sunan Kalijogo menemukan kayu jati yang dicari, namun saat ingin menebang selalu gagal dan akhirnya bersemedi di Goa Kreo.

Sunan Kalijogo akhirnya berhasil menebang dengan mendapat bantuan para kera. Saat ingin membawa ke Demak, para kera ingin turut mengikuti Sunan ke Demak. Namun Sunan memerintahkan kepada para kera untuk tetap tinggal dan merawat Goa Kreo. Sehingga kini, untuk mengenang jasa para kera maka dilangsungkan tradisi Sesaji Rewanda.

"Cerita tersebut merupakan bagian dari sejarah dan budaya Kota Semarang yang harus di perkenalkan kepada generasi muda. Melalui kreasi atraksi sejarah ini, semoga anak-anak muda kita juga selalu ingat. Tidak hanya belajar dari medsos tentang situasi terkini, tetapi juga mereka tahu, Semarang ini penuh dengan potensi budaya dan kesenian,” ungkap Hendi.

Menurutnya, atraksi budaya tahunan ini dapat menjadi daya pikat wisatawan Kota Semarang khususnya di Gunung Pati. Hal ini yang perlu dikembangkan oleh pokdarwis untuk dikembangkan sebagai industri pariwisata. Hendi juga berpesan kepada Disbudpar untuk mulai menggarap serius.

“Ini mulai ditata, bagaimana kemudian mulai dianggarkan oleh pemerintah, lighting, tata panggung dan dibuat sebagai acara rutin,” pesan Hendi.

Nantinya, lanjut dia, minimal setiap akhir pekan ada pertunjukan di tempat ini bagi wisatawan. Selain itu, penataan parkir juga harus ditata dan panitia menggandeng generasi muda untuk mengelola. “Insya Allah, wisatawan tambah banyak, Semarang tambah ngetop, industri pariwisatanya juga semakin bergairah,” ungkap Hendi.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, Indriyasari mengungkapkan, atraksi ini digelar sekaligus sebagai sajian untuk menggaet wisatawan saat libur Lebaran 2019 ini. “Kami kemas seharian penuh dari pagi dengan Sesaji Rewanda dan malam hari atraksi Mahakarya Legenda Goa Kreo ini,” ujarnya.

Pihaknya juga terus berupaya melakukan inovasi dan mengemas acara budaya ini agar dapat menarik wisatawan untuk berkunjung di kawasan wisata alam Waduk Jatibarang.

Tahun ini merupakan kali pertama atraksi digelar di venue Plaza Kandri. Selesai pembangunan pada akhir 2018, venue yang terletak tepat di bibir Waduk Jati Barang diharapkan sebagai pusat pertunjukan seni objek wisata Jatibarang dan Goa Kreo.

(NS) Laporan: Andi Pujakesuma
  1. Ragam
  2. Pemkot Semarang
KOMENTAR ANDA