1. HOME
  2. PARIWISATA

Jembatan Mberok, jembatan batas antara pribumi dan kolonialis kaya raya

“Jembatan Mberok itu merupakan simbol pembatasan antara golongan kaya kolonialis Belanda dan pribumi miskin."

Jembatan Mberok Kota Semarang. ©2016 Merdeka.com Editor : Nur Salam | Contributor : Andi Pujakesuma | Minggu, 08 April 2018 18:26

Merdeka.com, Semarang - Jembatan Mberok yang ada di dekat Kawasan Kota Lama mungkin tidak asing di kalangan masyarakat. Namun, tidak banyak yang tahu, bahwa jembatan tersebut memiliki nilai historis yang tinggi.

Ya, jembatan yang terletak di dekat Kantor Pos Besar Semarang sepanjang 10 meter itu dahulu merupakan penghubung utama masyarakat yang tinggal di Kota Lama atau oud stand dengan masyarakat luar.

Dulu, kawasan Kota Lama dipagari benteng berbentuk segi lima yang pada zamannya dikenal dengan sebutan Benteng Vijfhoek. Hanya melalui Jembatan Mberok itulah akses keluar masuk Kota Lama.

“Jembatan Mberok itu merupakan simbol pembatasan antara golongan kaya kolonialis Belanda dan pribumi miskin. Dahulu, orang-orang di sekitar kawasan Kota Lama tidak dapat masuk ke dalam Kota Lama karena di depan Jembatan Mberok terdapat penjagaan ketat,” kata Sekertaris Pegiat Sejarah Kota Semarang, Yunantyo Adi.

Jembatan Mberok, lanjut Yunantyo, ditopang dengan empat buah kolom utama dengan bentuk menyerupai obeliks, pada puncak kolom terdapat lampu unik yang dibuat sekitar 1705. Masyarakat biasa pada waktu itu hanya bisa memandang kawasan elit Kota Lama yang dulunya kawasan perkantoran, perumahan elit, serta perdagangan.

“Dahulu jembatan itu bernama Brug, bahasa Belanda yang artinya jembatan. Namun karena sulit dilafalkan, orang Jawa kemudian menyebutnya Berok, yang kemudian berkembang menjadi Mberok. Kalau nama asli jembatan Mberok dahulunya adalah Gouvernementsbrug diganti dengan Sociteisbrug,” katanya.

Sekitar 1800-an, kata Yunantyo, pemerintah Kolonial Belanda kemudian membuat kebijakan baru. Sejak saat itu, masyarakat pribumi yang ada di sekitar Kota Lama seperti Kampung Melayu, Pecinan, Kampung Arab, dan Kampung Jawa bisa berinteraksi dengan masyarakat Eropa.

Selain menjadi simbol pembatasan antara si kaya dengan si miskin, dahulu Jembatan Mberok merupakan jembatan yang dapat dibuka dan ditutup menjadi dua bagian. Saat ada kapal yang melintas di Kali Semarang, maka Jembatan Mberok akan terbelah dan terangkat.

Saat itu, Kali Semarang merupakan akses utama untuk masuk ke Kota Semarang dan menjadi saksi bisu perkembangan ekonomi di Nusantara.

“Namun sekarang jembatan sudah permanen dan ditambah satu jalur lagi di sebelahnya. Namun beberapa bagian penting seperti tiang dan lampu masih dipertahankan seperti dahulu,” katanya.

Di lain sisi, Pegiat Wisata Kota Semarang Nurul Wakhid mengatakan, perawatan terhadap bangunan bersejarah di kawasan Kota Lama termasuk Jembatan Mberok memang masih belum maksimal. Selain dari sisi bangunan, perawatan nilai dan sejarah juga perlu ditingkatkan.

“Tugas pemerintah tidak hanya soal merawat bangunan, namun juga nilai dan historisnya juga harus dipertahankan. Masyarakat khususnya generasi muda harus diberikan pengetahuan mengenai sejarah bangunan-bangunan bersejarah itu,” kata dia.

(NS) Laporan: Andi Pujakesuma
  1. Peristiwa
  2. Ragam
KOMENTAR ANDA