"Ini adalah sebagai bagian dari upaya kami melakukan pembentukan karakter bagi anak-anak di Kota Semarang,"
Merdeka.com, Semarang - Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang bersama aktivis Non Governmental Organitation (NGO) menggelar peringatan Hari Anak Nasional (HAN) tahun 2018. Kegiatan yang dipusatkan di Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) tersebut diikuti oleh ratusan peserta, khususnya anak-anak.
Pada kegiatan tersebut, digelar sejumlah pertunjukan, seperti pantomim, dolanan anak, tari tradisional, mocopat dan kegiatan lain. Selain itu, ada pula pembacaan pernyataan sikap dan harapan anak kepada Pemkot Semarang.
Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi mengatakan, peringatan Hari Anak Nasional adalah bukti bahwa Pemkot Semarang peduli dengan anak-anak. Apalagi, Kota Semarang sudah mendapatkan predikat kota layak anak kategori madya, belum lama ini.
"Perhatian kepada anak dan generasi muda yang dilakukan ini mendapat apresiasi dari pemerintah pusat. Untuk itu, kami akan terus melakukan upaya agar Kota Semarang mendapat predikat sebagai kota layak anak kategori utama pada 2021," tegas Wali Kota yang akrab disapa Hendi ini.
Upaya untuk menuju hal itu, kata Hendi, pihaknya sudah melakukan sejumlah kegiatan. Selain melakukan pemantauan pada perkembangan anak, sejumlah sarana prasarana fisik pendukung kota layak anak juga sudah disiapkan.
"Tahun lalu kami membuat 20 taman dan 5 lapangan olahraga, tahun ini ada 16 taman dan 7 lapangan olahraga lengkap dengan playground-nya. Itu semua kami bangun agar anak-anak di Kota Semarang memiliki tempat bermain dan bersosialisasi dengan teman-temannya di taman agar tidak sibuk dengan gadget terus di rumah," paparnya.
Pada kesempatan tersebut, Hendi menegaskan pentingnya lebih dipopulerkan lagi permainan tradisional kepada anak-anak. Dirinya beralasan, nilai-nilai moral yang terdapat pada berbagai permainan tradisional dapat membentuk karakter anak-anak menjadi lebih positif.
"Tahu tidak apa artinya Hompimpa Alaihum Gambreng? Itu diambil dari Bahasa Sansekerta artinya dari Tuhan kembali ke Tuhan, yang mana pesannya untuk kita agar selalu legowo. Pernah lihat anak-anak kalah Hompimpa terus pukul-pukulan? Nggak ada kan? Kalah ya pasrah saja, legowo dan tetap tersenyum," lanjutnya.
Wali Kota Semarang yang juga politisi PDI Perjuangan tersebut menuturkan jika selain Hompimpa, masih ada raturan nilai-nilai moral yang bisa diajarkan melalui tak kurang dari 212 permainan tradisional yang ada dalam budaya Jawa. Contoh lain disebutkannya adalah permainan engklek dengan melompati 7 kotak, yang mana memberi pesan bahwa setiap hari dari Senin sampai Minggu setiap orang harus terus bekerja keras.
"Maka kenapa tema peringatan Hari Anak Nasional 2018 di Kota Semarang adalah dolanan sebagai wadah interaksi sosial? Karena kami ingin anak-anak didorong secara serius untuk memainkan permainan tradisional. Ini adalah sebagai bagian dari upaya kami melakukan pembentukan karakter bagi anak-anak di Kota Semarang," bebernya.
Sebelumnya, pada peringatan Hari Anak Nasional tahun 2018 tingkat nasional sendiri di Surabaya, Kamis (26/7), Kota Semarang dinobatkan sebagai kota layak anak tahun 2018 di Indonesia tingkat madya. Penghargaan tersebut sendiri merupakan capaian baru bagi Kota Semarang yang sebelumnya pada tahun 2017 mendapatkan predikat kota layak anak tingkat pratama.
"Untuk terus mempertahankan Semarang sebagai kota layak anak butuh dukungan seluruh stakeholder secara serius. Persoalan yang berkaitan dengan anak tidak sama dengan pesoalan orang dewasa, jangan dianggap pemikirannya sama dengan kita karena cara pendekatannya berbeda. Inilah yang kemudian terus kita bedah urusannya satu per satu supaya bisa menciptakan suasana yang mendukung tumbuh kembang anak," pungkasnya.