1. HOME
  2. KABAR SEMARANG

Leprid beri penghargaan pelatihan BHD di 25 Rumah Sakit Semarang secara serempak

“Kalau secara masal, ini merupakan kegiatan pertama di Kota Semarang. RSUD KRMT Wongsonegoro Kota Semarang sebagai inisiatornya,"

Ketua Tim Penggerak PKK Kota Semarang, Krisseptiana Hendrar Prihadi berfoto bersama jajaran rumah sakit dalam kegiatan pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD) bagi masyarakat.. ©2016 Merdeka.com Editor : Nur Salam | Contributor : Andi Pujakesuma | Senin, 07 Mei 2018 15:25

Merdeka.com, Semarang - Lembaga Prestasi Indonesia Dunia (Leprid) memberikan penghargaan kepada Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang. Penghargaan tersebut diberikan usai dilakukannya pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD) yang diselenggarakan oleh 25 rumah sakit di Kota Semarang secara serentak.

Sebanyak 1.700 peserta dilibatkan dalam kegiatan tersebut. Pelatihan ini dilakukan secara berkelanjutan di 16 kecamatan Kota Semarang, yang melibatkan PKK, RT/RW, Karang Taruna di lingkup kelurahan. Puncaknya, kegiatan yang diinisiatori oleh RSUD KRMT Wongsonegoro Kota Semarang ini terpusat di Kompleks Balai Kota Semarang.

“Kami Paguyuban Rumah Sakit se-Kota Semarang, ingin mempersembahkan apa yang bisa diberikan kepada masyarakat Kota Semarang. Kegiatan itu namanya pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD) bagi masyarakat. Misalnya menemukan ada orang pingsan di lingkungannya, mereka harus bisa melakukan penanganan awal,” ujar Direktur RSUD KRMT Wongsonegoro, Susi Herawati kepada awak media Senin (7/5).

Susi mengungkapkan, pelatihan BHD sangatlah penting diketahui oleh masyarakat. Sebab, penanganan orang dalam kondisi pingsan kapan saja dan di mana saja bisa terjadi.

“Sebelum menunggu adanya bantuan tenaga kesehatan, maka orang pingsan tersebut perlu dilakukan penanganan dan pertolongan pertama. Maka, kami berinisiatif untuk melatih masyarakat Bantuan Hidup Dasar pernapasan dan denyut jantung karena tindakan ini bisa membantu meningkatkan kualitas hidup manusia,” tambahnya.

Susi menjelaskan, selama ini masyarakat bukan tidak peduli terhadap upaya memberikan BHD. Namun, karena ketidaktahuan dan ketidakmengertian cara memberikan pertolongan pertama kepada masyarakat masyarakat tidak tahu harus berbuat apa jika menemukan kondisi tersebut.

“Misalnya ada orang mengatakan ada istilah ‘masuk angin duduk.’ Nah, sebetulnya bukan begitu. Jadi, ada denyut jantung berhenti. Kondisi jantung berhenti perlu dilakukan resistasi. Penanganannya dilakukan dengan cara pijat jantung dan bantuan pernapasan,” jelasnya.

Untuk memberikan penanganan itu, lanjut Susi, harus dilakukan secara tidak sembarangan. Mulai dari berapa kali tekanan yang dilakukan, lalu mengembuskan udara ke hidung dan seterusnya.

"Bahkan ketika pertolongan itu terlambat sedikit saja bisa mengakibatkan pasien meninggal. Pijat jantung memberi rangsangan agar otot-otot bisa bekerja lagi,” tukasnya.

Sementara itu, Ketua Tim Penggerak PKK Kota Semarang, Krisseptiana Hendrar Prihadi mengatakan BHD ini sudah diterapkan bagi semua insan jajaran pegawai rumah sakit yang telah terakreditasi, tanpa terkecuali.

Tidak hanya masyarakat umum, para tenaga medis, baik dokter ahli, perawat, bidan hingga staf administrasi, room boy, cleaning service hingga seorang petugas pengamanan atau satpam di rumah sakit harus punya keterampilan BHD ini.

“Bahkan sampai petugas parkir pun harus bisa melakukan penanganan Bantuan Hidup Dasar ini. Nah, ini kami kembangkan untuk masyarakat. Sehingga mengerti dan tahu apa yang harus dilakukan mulai di lingkup PKK, RT/RW, Karang Taruna dan lain-lain. Diharapkan semua masyarakat bisa melakukan Bantuan Hidup Dasar,” katanya.

Istri dari Wali Kota Hendi yang akrab disapa Tia ini mengungkapkan, kegiatan pelatihan serentak dilakukan di 16 Kecamatan yang dibantu pelatihannya oleh 25 rumah sakit se-Kota Semarang dan 10 institusi pendidikan di Kota Semarang.

“Kalau secara masal, ini merupakan kegiatan pertama di Kota Semarang. RSUD KRMT Wongsonegoro Kota Semarang sebagai inisiatornya, semua rumah sakit se-Kota Semarang yang mendapatkan penghargaan,” ungkapnya.

Tia membeberkan, pelatihan BHD ini sangat diperlukan. Sebab, masyarakat terlibat secara langsung untuk tanggap atas apa yang sedang terjadi. Masyarakat dilatih untuk mampu bagaimana memberikan bantuan hidup dasar.

"Tentu pertolongan dasar ini akan sangat bermanfaat untuk memberikan peluang keselamatan bagi sesama warga Kota Semarang sebelum mereka dilanjutkan untuk mendapatkan pertolongan secara medis di rumah sakit lebih lanjut,” pungkasnya.

(NS) Laporan: Andi Pujakesuma
  1. Peristiwa
  2. Penghargaan
KOMENTAR ANDA