1. HOME
  2. KABAR SEMARANG

Ribuan mahasiswa UPGRIS sulap barang bekas jadi alat permainan dakon

Barang bekas yang disulap menjadi alat bermain dakon diantaranya berasal dari potongan kardus, karton, plastik gelas bekas air minum mineral.

Rektor UPGRIS Muhdi, BEM UPGRIS, Ketua Umum Leprid Paulus Pangka dengan latar belakang ribuan mahasiswa baru UPGRIS yang menunjukkan alat permainan dakon dari barang bekas.. ©2016 Merdeka.com Editor : Nur Salam | Rabu, 19 September 2018 15:03

Merdeka.com, Semarang - Sekitar 2.070 mahasiswa baru Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) memainkan permainan tradisional dakon dengan menggunakan barang bekas di Kampus IV UPGRIS, Rabu (19/9). Barang bekas yang disulap menjadi alat bermain dakon tersebut, diantaranya berasal dari potongan kardus, karton, plastik gelas bekas air minum mineral dan berbagai bahan lainnya. Permainan dakon dari barang bekas tersebut juga berhasil dicatatkan pada rekor Lembaga Prestasi Indonesia (Leprid).

Rektor UPGRIS Muhdi menyebutkan, mahasiswa baru tersebut merupakan mahasiswa yang tengah mengikuti Pekan Orientasi Mahasiswa Baru (POEMA) 2018 UPGRIS. "Alhamdulillah ada sekitar 2.070-an mahasiswa yang ikut pada kegiatan ini. Mayoritas adalah reguler, yang S2, PPG termasuk mahasiswa yang karyawan (sudah bekerja) tidak bisa ikut. Total mahasiswa baru kami mencapai 2.400," ujarnya kegiatan bermain dakon tersebut.

Dia menyebutkan, sebelum dilakukan kegiatan tersebut para mahasiswa telah berdiskusi ingin mengadakan sebuah kegiatan yang mampu mencatatkan rekor, namun di satu sisi rekor tersebut mampu mengedukasi sesuai dengan visi yang dimiliki UPGRIS.

"Kebetulan di penelitian dan pengabdian kita lebih ke kearifan lokal. Dan permainan dakon ini salah satu jenis permainan yang termasuk kearifan lokal dan merupakan budaya serta memiliki nilai edukasi. Dan dakon memiliki banyak makna, sebuah permainan yang mendorong pemainnya beradu kecepatan, kejujuran, dan nilai-nilai ini, khususnya untuk anak di pendidikan anak usia dini dan dasar sangat bagus," paparnya.

Permainan tradisional semacam itu, lanjut Muhdi, kini sudah mulai hilang. Banyak faktor yang menyebabkan permainan tradisional termasuk dakon dewasa kini jarang dimainkan oleh generasi sekarang. Selain karena banyaknya permainan modern seiring perkembangan teknologi, juga alat permainan dakon yang umumnya terbuat dari kayu yang selain berat juga mahal, sehingga tidak semua anak bisa memiliki.

"Untuk itu, kita mendorong, ayo bermain dakon. Agar permainan ini dapat dinikmati siapapun, alatnya bisa buat sendiri dengan barang bekas. Nilainya selain semuanya bisa buat sendiri dan bisa bermain dakon, barang bekas juga jadi barang bermanfaat," katanya.

Sementara itu, Ketua Umum sekaligus pendiri Leprid Paulus Pangka pada kegiatan itu menyampaikan, pihaknya sangat mendukung kegiatan-kegiatan yang memanfaatkan media dari barang bekas dan dijadikan barang bermanfaat. "Oleh karena itu kami dari Lembaga Prestasi Indonesia mencatat kegiatan hari ini sebagai rekor dengan nama 'Membuat dan Memainkan Dakon dari Barang Bekas oleh Peserta Terbanyak.' Sudah kami cek untuk rekor ini memang belum ada, sehingga rekor ini disebut pencatatan, bukan pemecahan rekor," bebernya.

(NS)
  1. Peristiwa
  2. Pendidikan
KOMENTAR ANDA