"Semarang harus jadi kota yang sehat, bersih dan hijau."
Merdeka.com, Semarang - Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi menegaskan jika Kota Semarang harus menjadi kota yang sehat, bersih dan hijau. Ketiga hal itu harus dipenuhi dan menjadi karakter khusus bagi kota yang dikenal dengan sebutan Kota Atlas ini. Hal itu disampaikan wali kota yang akrab disapa Hendi dalam acara peringatan Hari Peduli Sampah Kota Semarang tahun 2018 di Kawasan Simpang Lima Semarang, Minggu (25/02) pagi.
"Semarang harus jadi kota yang sehat, bersih dan hijau. Untuk mendukung hal tersebut memerlukan peran serta masyarakat yang peduli terhadap lingkungan dengan cara membuang sampah di tempatnya dan mampu mengolah sampah menjadi barang-barang bernilai jual," kata Hendi.
Menurut Hendi, sampah bukanlah persoalan remeh. Sampah merupakan persoalan serius yang harus disikapi dan dicarikan jalan keluarnya, karena dari data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan setidaknya setiap jiwa menghasilkan 0,7 Kg Sampah. “Sehingga apabila kesadaran dari warga Semarang kurang dalam menjaga lingkungan maka cita-cita besar pemerintah membuat Semarang yang bersih, sehat, dan hijau akan gagal," tegasnya.
Hendi juga mengimbau, agar peringatan Hari Peduli Sampah ini dijadikan momentum untuk meningkatkan kesadaran warga agar sadar hidup bersih dan sehat. "Dua hal penting yang mesti diingat masyarakat yakni membuang sampah harus pada tempatnya dan melakukan daur ulang sampah,” paparnya.
Pada peringatan Hari Peduli Sampah itu, diawali dengan apel yang diikuti ratusan warga dari berbagai elemen, termasuk pelajar se-Kota Semarang untuk bersama membersihkan lapangan yang menjadi ikon di ibu kota Jawa Tengah itu dari sampah. Dalam kesempatan itu, Hendi ikut membersihkan sampah bersama warga dan tamu spesial. Yakni salah seorang selebritis sekaligus pegiat lingkungan Nadine Chandrawinata.
Sementara itu, Direktur Jendral Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Berbahaya Beracun, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Rosa Vivien Ratnawati yang turut hadir pada kesempatan itu memberikan apresiasinya kepada Pemkot Semarang yang sudah memiliki 60 bank sampah dan dikelola oleh masayrakat. Sampah dari masyarakat yang diolah sebenarnya dapat memiliki nilai ekonomis dan mengurangi pembuangan sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). “Saya harapkan dari 60 (bank sampah) ini dapat berkembang sehingga sampah benar-benar berkurang," kata dia.
Rosa menambahkan, secara nasional terkait dengan TPA yang memiliki tempat pengelolaan sampah saat ini masih minim. Hanya ada beberapa yang sudah memiliki pengelolaan secara modern seperti TPA yang ada di daerah Balikpapan Kalimantan Timur dan Surabaya Jawa Timur. “Hal ini tidak lepas dari mahalnya pengelolaan sampah ditambah sumber daya masyarakat yang tidak mumpuni sehingga banyak pemerintah daerah yang kurang serius dalam urusan ini. Tapi kami akan melakukan pendampingan terus,” pungkasnya.