“Kota Semarang dulu tertinggal pembangunannya karena hanya pemerintahnya saja yang bergerak, tapi hari ini berbeda..."
Merdeka.com, Semarang - Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi mengapresiasi kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan oleh sejumlah perusahaan, salah satunya seperti yang dilakukan oleh SKK Migas, Petronas, dan Universitas Negeri Semarang (UNNES), Rabu (8/8). Bertempat di Balai Kelurahan Tanjung Mas, sejumlah program Tanggung Jawab Sosial (TJS) yang diprakarsai oleh ketiganya disosialisasikan, antara lain pembangunan Rumah Pintar, pemberian Alat Permainan Edukatif (APE), serta menyelenggarakan Festival Kreativitas Pendidikan.
Selain itu, diselenggarakan pula berbagai program pelatihan keterampilan dan kewirausahaan untuk menciptakan UMKM baru, serta menyediakan gerai pamer pengolahan ikan dan cindera mata dari hasil sumber daya lokal seperti cangkang ikan. Tak hanya itu, masyarakat juga diedukasi untuk dapat terampil dalam pengolahan garam serta hasil laut.
“Saya tentu saja senang dengan adanya bantuan CSR terkait pendidikan, kesehatan, dan ekonomi di Kota Semarang ini. Apa yang telah dilakukan oleh SKK Migas, Petronas, dan Universitas Negeri Semarang ini merupakan bentuk konsep pembangunan bergerak bersama," kata Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi.
Wali Kota Semarang yang juga akrab disapa Hendi ini menegaskan jika peran aktif pihak swasta dalam pembangunan menjadi modal besar pengembangan Kota Semarang. “Kota Semarang dulu tertinggal pembangunannya karena hanya pemerintahnya saja yang bergerak, tapi hari ini berbeda karena semua sudah mau bergerak bersama. Misalnya dengan melakukan kerja bakti untuk membangun kampung tematik, atau juga dengan banyaknya CSR seperti ini dari pihak swasta," ujar Hendi yang juga politisi PDI Perjuangan tersebut.
Dia melanjutkan, melalui keterlibatan dari para stakeholder, pertumbuhan Kota Semarang akhirnya dapat meningkat pesat, utamanya dalam hal peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang pada tahun 2017 berada pada angka 82,01. Angka tersebut mengungguli capaian IPM Kota Medan 79,98, Kota Bandung 80,31, Kota Surabaya 81,07, atau Kota Makassar 81,13.
Namun begitu, Hendi masih mengharapkan adanya kontribusi yang lebih dari angka pengeluaran perkapita masyarakat Kota Semarang. Dia menuturkan walaupun pengeluaran perkapita Kota Semarang yang semula hanya Rp 11,9 juta per tahun di 2010, lalu meningkat menjadi Rp 14,3 juta per tahun di 2017, namun hal itu dianggapnya masih belum maksimal.
Pasalnya dengan nilai tersebut, berarti tingkat konsumtivitas masyarakat Kota Semarang masih berkisar pada angka rata-rata Rp 1,2 juta per bulan. “Bagaimanapun juga pengeluaran perkapita ini sebagi salah satu indikator dalam mempengaruhi IPM. Untuk itu ini harus kita dorong agar masyarakat dapat meningkatkan kemampuannya supaya penghasilan bertambah. Karena saya yakin jika penghasilan bertambah, maka pengeluaran perkapita akan meningkat, begitu juga IPM-nya,” tegasnya.
Untuk itulah Hendi dalam kesempatan tersebut mengajak pihak swasta untuk lebih aktif lagi berperan dalam melakukan kegiatan CSR Kota Semarang, terlebih bagi perusahaan yang berkegiatan di Kota Semarang.