"Asuh anak harimau seperti anak sendiri, dicakar dan digigit itu tanda sayang."
Merdeka.com, Semarang - Untuk sebagian orang, berdekatan dengan hewan buas semacam harimau mungkin menakutkan. Sebisa mungkin, mereka akan menghindar dan tidak berdekatan dengan hewan bertaring dan berkuku tajam itu.
Namun tidak bagi Aniek Sus Hartati, dokter hewan di Semarang Zoo ini justru sangat sayang dengan semua binatang, salah satunya adalah harimau. Bahkan, saking sayangnya dia kepada harimau, dia selalu dipercaya untuk mengasuh setiap anak harimau yang baru lahir di taman margasatwa Kota Semarang itu.
"Sejak 2011 bekerja di taman margasatwa ini. Sehari-hari memang berkutat dengan binatang, tidak hanya binatang lucu tapi juga binatang buas yang ada di sini," kata Aniek mengawali obrolan.
Saat ini, Aniek bersama dua rekannya dipercaya mengasuh tiga bayi harimau Benggala bernama Cantik, Anggun dan Jelita. Meski terlihat lucu dan menggemaskan, namun naluri buas dari anak-anak harimau itu tetap ada dan kerap membahayakan dirinya.
"Ya namanya hewan buas, sudah tentu nalurinya memangsa. Apalagi saya adalah manusia yang berisi daging, jadi dia juga sangat berbahaya," terangnya.
Selama berada di Semarang Zoo, Aniek mengaku sudah memandikan, menyusui, menggendong, mengajaknya jalan-jalan dan bermain dengannya. "Semuanya saya lakukan persis kepada anak. Karena memang sayang senang dengan binatang," tambahnya.
Sama seperti seorang bayi pada umumnya, memperlakukan anak harimau memerlukan keahlian khusus. Dia dituntut peka terhadap kondisi anak harimau yang diasuhnya, misalnya saat bayi harimau marah, merasa ingin dimanja, dipeluk, dicium atau saat merasa tidak nyaman.
"Apalagi saat masih kecil seperti ini, tingkat stresnya sangat tinggi. Jadi saya harus tahu kondisinya yang sering berubah-ubah. Sama seperti mengurus anak lah," ucapnya.
Selama mengasuh bayi harimau, dia mengaku sering digigit dan dicakar. Bahkan bekas cakaran dan gigitan di tangannya masih ada dan membekas.
Menurutnya, semua gigitan dan cakaran itu adalah tanda sayang. Meski sakit, namun dia mengaku tidak jera dan tidak takut untuk bercengkrama dengan bayi kucing besar itu. "Itu sudah resiko pekerjaan, jadi tidak masalah," katanya.
Untuk mengasuh bayi harimau, Aniek mengaku dilakukan sejak bayi harimau lahir. Setiap hari, dia harus memperhatikan kebersihan, kesehatan dan asupan makanannya.
Sesekali, dia juga harus membawa anak harimau ke induknya untuk disusui. Meski harus berhadapan dengan induk harimau besar dan kerap marah saat anaknya digendong orang, dia tidak takut.
"Ada triknya sendiri, kalau bagi orang lain memang mengerikan, tapi bagi kami itu hal biasa dan menyenangkan," tegasnya.
Dalam pengasuhan, setidaknya dibutuhkan waktu tiga bulan untuk mengasuh anak harimau itu. Dia baru melepaskan anak asuhnya itu saat berusia tiga bulan dan sudah memakan daging.
"Soalnya kalau sudah memakan daging naluri kebuasannya sangat tinggi, jadi berbahaya. Untuk itu biasanya kalau sudah tiga bulan bayi harimau kami lepaskan bersama induknya. Selain berbahaya, mereka di usia itu juga sudah bisa hidup mandiri," tutupnya.