"Rempah-rempah tersebut direbus berjam-jam bercampur kopi. Setelah jadi, diseduh menggunakan cangkir kecil..."
Merdeka.com, Semarang - Banyak orang yang membatalkan puasa Ramadan dengan takjil atau kurma ketika waktu berbuka telah tiba. Namun di Kota Semarang, ada tempat yang memiliki tradisi unik saat berbuka puasa, yakni membatalkan puasa dengan meminum kopi panas.
Mungkin terdengar sedikit tak lazim, namun tradisi unik itu dapat dijumpai di Masjid Menara Silayur, Kampung Melayu, Kelurahan Dadapsari Semarang Utara Kota Semarang. Di masjid tersebut, setiap buka puasa selalu berkumpul masyarakat untuk menikmati segelas kopi yang dikenal dengan sebutan Kopi Arab.
Kopi Arab bukanlah sembarang kopi, namun kopi tersebut diolah dari tujuh rempah pilihan. Dan uniknya, tradisi minum kopi saat berbuka puasa tersebut ternyata sudah berlangsung selama ratusan tahun dan masih dipertahankan oleh masyarakat setempat yang mayoritas berketurunan Arab Yaman.
"Tradisi minum kopi racikan tujuh rempah saat berbuka ini merupakan tradisi sejak ratusan tahun, saat komunitas Arab masuk Semarang untuk berdagang waktu itu. Komunitas Arab Yaman ini memang suka sekali dengan kopi racikan tujuh rempah dan tetap eksis sampai sekarang," kata Hamid, salah satu sesepuh di Masjid Silayur.
Dahulu, lanjut dia, Masjid Menara yang berdiri di pinggir Kali Semarang tersebut merupakan tempat berlabuh kapal-kapal para saudagar dari Timur Tengah. Para saudagar Arab dahulunya memiliki tradisi berbuka bersama di masjid dengan menu kopi Arab.
Masyarakat sekitar berkumpul untuk menanti detik-detik berbahagia datangnya adzan maghrib. Sambil menungu itu, mereka juga disuguhi kopi Arab untuk berbuka puasa. "Ini sudah menjadi tradisi turun temurun yang terus kami dijaga. Kopi Arab ini memiliki rasa khas karena cara mengolahnya berbeda dengan kopi biasa, yakni menggunakan ramuan tujuh rempah pilihan," terangnya.
Sampai saat ini, tradisi tersebut masih dilestarikan. Tidak hanya komunitas Arab, berbagai etnis lain yang tinggal di sekitar Masjid Menara seperti etnis Melayu, Komunitas Arab Yaman, Pakistan, Bugis, dan Jawa juga sangat suka menikmati kopi Arab saat berbuka puasa Ramadan di masjid itu. "Kopi Arab, tidak hanya digunakan untuk berbuka puasa saja, tetapi juga untuk acara pesta pernikahan, maupun kegiatan penting lainnya. Kalau ada gawe pasti ada kopi Arab karena itu sudah tradisi," tukasnya.
Peracik Kopi Arab, Nurul Hidayati, 40, mengatakan, kopi Arab memiliki keunikan rasa karena cara mengolahnya berbeda serta bahan ramuan yang berbeda dengan kopi biasa. Di antaranya menggunakan ramuan tujuh rempah pilihan seperti kapulaga, cengkeh, daun jeruk, jahe, kayu manis, sereh dan daun pandan. "Rempah-rempah tersebut direbus berjam-jam bercampur kopi. Setelah jadi, diseduh menggunakan cangkir kecil terbuat dari melamin yang menambah aroma semakin kuat," kata dia.
Dalam penyajiannya, biasanya dilengkapi menu takjil masing-masing tiga buah kurma dan nasi bungkus. Semua itu diberikan secara gratis kepada warga yang datang ke masjid atau siapapun pengunjung yang ada. "Semuanya gratis, warga atau pengunjung yang datang bisa menikmati menu kopi Arab untuk berbuka puasa," terangnya.
Salah satu warga, Hasyim, 36, mengatakan, selain memiliki rasa unik dan khas, kopi Arab diyakini memiliki khasiat menyehatkan tubuh. Sebab, usai meminum kopi tersebut, badan jadi segar dan menambah semangat. "Saya sendiri, berbuka puasa hanya dengan secangkir kopi Arab dan tiga biji kurma. Itu sudah membuat kenyang dan segar sehingga melaksanakan salat tarawih dengan lancar tanpa rasa capek," kata dia.