1. HOME
  2. KULINER

Bubur India, menu buka puasa di Masjid Pekojan sejak ratusan tahun silam

Dilabeli India karena kali pertama dikenalkan oleh pedagang muslim asal Gujarat, India.

Menu bubur India yang disajikan saat berbuka puasa di Masjid Pekojan, Semarang.. ©2016 Merdeka.com Editor : Nur Salam | Contributor : Andi Pujakesuma | Minggu, 20 Mei 2018 15:00

Merdeka.com, Semarang - Di Kota Semarang, ada tradisi unik saat berbuka puasa selama bulan Ramadan. Tradisi unik tersebut dilakukan oleh sejumlah warga sekitar Masjid Jami’ Pekojan yang terletak di Jalan Petolongan I, Pekojan, Kelurahan Purwodinatan, Kecamatan Semarang Tengah.

Apa tradisi uniknya? yaitu berbuka puasa dengan menyantap menu khas bernama bubur India. Dan ternyata, kebiasaan berbuka dengan bubur tersebut sudah dilakukan sejak ratusan tahun lalu di setiap Ramadan tiba.

Meski punya embel-embel nama India, namun bubur yang satu ini bukan produk kuliner siap santap yang diimpor langsung dari negerinya Shahrukh Khan, Kajol dan para artis Bollywood. Dilabeli India, karena menu tersebut kali pertama dibawa dan dikenalkan oleh para pedagang muslim India (Gujarat) yang merantau ke Semarang berabad lalu.

Tradisi berbuka dengan bubur India tersebut merupakan warisan para pedagang muslim dari India yang datang ke Indonesia. Selain berdagang, keberadaan masyarakat asal Gujarat itu juga mewariskan sebuah tradisi kuliner untuk buka puasa bersama saat bulan suci Ramadan yang hingga kini terus dipertahankan.

Proses memasak bubur India di Masjid Pekojan
© 2018 semarang.merdeka.com/Andi Kaprabowo

Bubur India yang disajikan di masjid tersebut, dimasak secara bersama-sama oleh pengurus masjid selepas waktu salat Dzuhur. Mereka menghabiskan waktu cukup lama yakni sekitar tiga jam untuk memasaknya.

Tak sembarang orang bisa memasak bubur India. Sebab, resep masakan warisan muslim India sejak ratusan tahun silam ini tetap dipertahankan. Rasa dan aroma khas bumbu rempah rempah seperti sereh, jahe dan kayu manis tercium saat bubur selesai dibuat. Hal itu juga yang membuat ratusan orang selalu mengantre untuk mendapatkan makanan tersebut.

Takmir masjid Jami’ Pekojan Annas Salim Harun Rofi´i mengatakan, tradisi bubur India tidak bisa dilepaskan dari sejarah kedatangan orang Gujarat yang kala itu datang berdagang sekaligus menjadi mubalig. Kemudian, setelah hidup di Indonesia yakni di Pekojan dan membentuk suatu group yang biasannya di India ada bubur kemudian mencetuskan ilmunya.

“Jadi saat itu banyak pedagang dari India yang telah lama hidup di Pekojan sehingga membuat bubur yang dibagikan kepada jamaah untuk berbuka puasa,” katanya saat memasak Bubur India, Minggu (20/5).

Masyarakat menikmati menu bubur India saat berbuka puasa di Masjid Peojan, Semarang.
© 2018 semarang.merdeka.com/Andi Kaprabowo


Saat disajikan, lanjut Annas, bubur India biasannya dihidangkan dengan berbagai sayur pelengkap seperti sayur lodeh, sayur labu siam, sambal goreng hati dan gulai kambing sebagai pelengkap hidangan. Selain itu, disajikan juga minuman berupa susu, kurma dan buah segar.

“Tidak hanya ingin merasakan nikmatnya bubur India yang hanya ada saat puasa Ramadan. Namun masyarakat yang datang ke Masjid Jami’ Pekojan, juga ingin merasakan indahnya kebersamaan berbuka puasa ini,” imbuhnya.

Tak ayal, setiap menjelang buka puasa, Masjid Pekojan selalu ramai di datangi masyarakat. Tua, muda dan anak-anak rela menunggu di masjid untuk dapat menyantap nikmatnya bubur India.

Salah seorang jamaah, Kholid mengatakan baru kali pertama merasakan bubur India ini. Karena penasaran maka datang dari rumah untuk menikmati masakan tersebut.

“Baru kali pertama ke sini, ingin merasakan bubur India. Makanya sengaja datang untuk mengikuti buka puasa dan dilanjutkan dengan salat Tarawih,” katanya saat menunggu waktu berbuka.

Berbeda dengan Kholid, Adri Maulana, warga Semarang Barat mengaku selalu mampir di masjid itu setiap Ramadan. “Tiap Ramadan saya selalu menyempatkan berbuka di sini. Karena memang ada yang khas, bubur India. Alhamdulillah, rasanya enak dan cukup mengenyangkan untuk membatalkan puasa,” kata dia.

(NS) Laporan: Andi Pujakesuma
  1. Ragam
  2. Budaya
  3. Pernik Ramadan
KOMENTAR ANDA