Fenomena "Super Blu Blood Moon" merupakan fenomena langka yang berulang lebih dari 100 tahun.
Merdeka.com, Semarang - Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang menyiagakan 48 mesin pompa untuk mengantisipasi terjadinya rob besar pada fenomena alam "Super Blue Blood Moon" yang diprediksi terjadi pada 31 Januari. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kantor Kelas 1 Semarang memprediksi akan ada kenaikan air laut di sejumlah wilayah saat fenomena langka tersebut terjadi.
Dari prediksi BMKG, kenaikan air laut yang akan terjadi mencapai 1,5 meter selama 2 hari. Kondisi tersebut dipastikan akan mengganggu aktivitas warga, khususnya mereka yang bermukim di kawasan dekat pesisir, tak terkecuali pesisir Kota Semarang.
Di sela Rapat Koordinasi Penanganan Rob, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi meminta seluruh jajaran bersiaga. Rapat tersebut dihadiri Camat Semarang Utara, Camat Semarang Timur, Camat Genuk, Camat Tugu, Dinas Pekerjaan Umum Kota Semarang, Dinas Permukiman Kota Semarang, serta perwakilan dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali-Juwana.
"Total ada 48 pompa penyedot air yang kami siagakan di daerah-daerah yang berpotensi terjadi rob di Kota Semarang, dengan kapasitas maksimal 600 liter per detik", tutur Hendi usai memimpin rapat, Selasa (30/1).
Dia menyampaikan, pompa-pompa yang disiagakan itu, masing-masing ditempatkan di Muktiharjo Lor sebanyak 3 unit, Muktiharjo Kidul 2 unit, Terboyo Wetan 3 unit, sepanjang Kali Sringin 10 unit, hulu Kali Sringin sebanyak 2 unit, Genuksari 2 unit, Jalan Kaligawe 5 unit, Kemijen 2 unit, Tambakrejo 1 unit serta 20 unit pompa portable yang disiagakan dan disebar di berbagai tempat dengan menyesuaikan kebutuhan.
Pria yang akrab disapa Hendi ini berpesan kepada masyarakat agar tetap tenang menghadapi kemungkinan terjadinya rob di berbagai kawasan tersebut. “Memang kita perlu waspada, terutama saat terjadi kondisi cuaca buruk di laut yang menyebabkan gelombang tinggi,” ujarnya.
Meski begitu, Heni memastikan bahwa Kota Semarang akan berada dalam status aman karena persiapan yang dilakukan untuk menghadapi potensi rob cukup matang. Skema penanganan akan dimaksimalkan untuk memperkecil dampak yang mungkin terjadi. "Kami akan maksimalkan skema penanganan yang kami miliki agar air bisa segera mengalir ke sejumlah sungai di sekitar wilayah terdampak,” bebernya.
Fenomena "Super Blue Blood Moon" merupakan fenomena langka yang berulang lebih dari 100 tahun. Fenomena tersebut terakhir terjadi pada 150 tahun silam. Fenomena tersebut juga merupakan gabungan dari tiga fenomena yang terjadi sekaligus.
Yakni Super Moon ketika posisi bulan berada pada posisi terdekat dengan bumi, sehingga obyek bulan tampak lebih besar dari biasanya. Kedua, Blue Moon yakni kondisi bulan purnama kedua dalam satu bulan Masehi, dan yang ketiga adalah Blood Moon ketika bulan akan berwarna merah darah karena terjadinya gerhana bulan total.