1. HOME
  2. KABAR SEMARANG

Peringatan Pertempuran Lima Hari, Hendi: Hargai kemerdekaan

"Kita harus selalu ingat bagaimana beratnya perjuangan para pejuang kita terdahulu dalam mempertahankan kemerdekaan."

Aksi teatrikal pada peringatan Pertempuran Lima Hari di Semarang, Minggu (14/10) malam. Foto/Humas Pemkot Semarang. ©2016 Merdeka.com Editor : Nur Salam | Contributor : Andi Pujakesuma | Minggu, 14 Oktober 2018 21:29

Merdeka.com, Semarang - Puluhan pemuda berlarian membawa bambu runcing menghadang tentara Jepang yang bersenjatakan senapan dan senjata tajam. Pertempuran pun pecah antara pemuda Kota Semarang dengan pasukan penjajah Jepang.

Dentuman meriam serta rentetan senjata menggema. Pekikan semangat perjuangan tak henti-hentinya diteriakkan oleh para pemuda Kota Semarang untuk mempertahankan bendera merah putih terus tegak berkibar.

Suasana tersebut merupakan salah satu adegan drama teatrikal yang digelar di kawasan Tugu Muda Kota Semarang, Minggu (14/10) malam. Drama teatrikal itu sendiri dipentaskan untuk mengenang peristiwa bersejarah Pertempuran Lima Hari di Semarang, yang terjadi dalam rentang waktu 14 Oktober hingga 19 Oktober 1945 silam.

Kala itu, tentara Jepang enggan menyerahkan senjatanya pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 sehingga memicu perlawanan dari pemuda Kota Semarang.

Di dalam sejarah tersebut, salah satu peristiwa yang paling dikenal dan menjadi inti dari drama teatrikal itu setiap tahunnya adalah gugurnya dr. Kariadi. Dimana peristiwa tersebut bermula dari diracunnya Reservoir atau sumber pemasok air di kawasan Siranda, Kota Semarang oleh penjajah Jepang.

"Tandon air diracun!" teriak salah satu pemeran dalam drama teatrikal tersebut. Mendengar kabar itu dr. Kariadi selaku Kepala Laboratorium Purusara mengecek ke Siranda. Namun ketika perjalanan pulang dia ditangkap dan gugur di tangan pasukan Jepang.

Kemarahan pemuda dan pejuang pun semakin terkendali hingga perlawanan terhadap Jepang terjadi. Adegan pertempuran pun diperagakan dan tergambar banyak nyawa melayang dari kedua belah pihak.

Faktanya, Pertempuran Lima Hari di Semarang tidak hanya berada di satu titik kawasan Tugu Muda Kota Semarang saja, namun menyebar di seluruh wilayah Kota Semarang. Hanya saja, yang menjadi alasan kegiatan peringatan tersebut dilakukan di kawasan Tugu Muda, karena monumen itu memang didedikasikan untuk mengenang pertempuran tersebut.

Di sisi lain, kawasan Tugu Muda Kota Semarang juga merupakan pusat konsentrasi Pertempuran Lima Hari di Semarang. Pada kawasan tersebut kala itu banyak mayat bergelimpangan baik dari para pemuda pejuang maupun tentara Jepang, bahkan sungai kecil di samping Lawang Sewu pun jadi tempat meletakkan mayat.

Selain drama teatrikal, kegiatan malam itu juga diisi dengan upacara peringatan Pertempuran Lima Hari di Semarang yang dipimpin oleh Pangdam IV Diponegoro, Mayjen Wuryanto. Dan turut hadir dalam kegiatan tersebut Kapolda Jawa Tengah, Irjen. Pol. Condro Kirono serta seluruh Forkopimda Kota Semarang.

Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi dan Kapolda Jateng Irjen Pol Condrokirono saat menghadiri acara peringatan Pertempuran Lima Hari di Semarang, Minggu (14/10) malam.
© 2018 semarang.merdeka.com/Humas Pemkot Semarang

Pada kesempatan itu, Hendrar Prihadi (Hendi) selaku Wali Kota Semarang yang juga hadir secara langsung menegaskan, dirinya berharap warga Semarang harus memaknai dan menghargai pengorbanan para pejuang dengan peringatan yang digelar itu.

"Kita harus selalu ingat bagaimana beratnya perjuangan para pejuang kita terdahulu dalam mempertahankan kemerdekaan. Agar kita dapat lebih menghargai hasil dari kemerdekaan yang kita rasakan saat ini," kata Hendi.

Disamping sebuah kegiatan peringatan, acara yang digelar pada malam hari tersebut juga sukses menarik perhatian masyarakat baik dari dalam maupun luar Kota Semarang. Tata lampu dengan teknik pencahayaan yang dinamis disajikan dengan sangat menarik kepada seluruh pengunjung yang datang.

Arif, salah seorang warga yang menyaksikan drama teatrikal tersebut, bahkan mengaku sengaja datang langsung dari Pati untuk mengetahui gambaran perjuangan pemuda Kota Semarang pada puluhan tahun lalu itu.

"Baru pertama kali melihat, tahun kemarin ada teman yang ikut katanya bagus, jadi hari ini khusus ke Semarang untuk menonton," aku Arif.

(NS) Laporan: Andi Pujakesuma
  1. Peristiwa
  2. Pemkot Semarang
KOMENTAR ANDA