1. HOME
  2. KABAR SEMARANG

Sambut Ramadan, Hendi Bersama Ribuan Warga Larut dalam Tradisi Dugderan

"Dugderan, telah ada sejak bupati pertama Sunan Pandanaran yang pada waktu itu berembug dengan para ulama..."

Wali Kota Hendi bertindak sebagai Raden Mas Tumenggung Arya Purbaningrat didampingi istri menaiki kereta kencana.. ©2016 Merdeka.com Editor : Nur Salam | Contributor : Andi Pujakesuma | Sabtu, 04 Mei 2019 18:48

Merdeka.com, Semarang - Nuansa Ramadan semakin kental terasa di Kota Semarang. Satu demi satu agenda khas Semarangan jelang Ramadan mulai digelar di berbagai sudut Kota Semarang.

Setelah karnaval Dugderan yang diikuti ribuan pelajar TK, SD, SMP Jumat lalu, kali ini giliran gegap gempita Dugderan terlihat ramai memadati sepanjang Jalan Pemuda, Masjid Kauman hingga Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), Sabtu (4/5).

Dalam tradisi Dugderan kali ini, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi bertindak selaku Raden Mas Tumenggung Arya Purbaningrat. Didampingi istri dan jajaran Forkopimda, pejabat Pemerintah kota Semarang, beserta tokoh agama dan tokoh masyarakat, Hendi bersama rombongan menaiki kereta kencana dari Balai Kota Semarang menuju Masjid Kauman dan MAJT.

Setibanya di Masjid Kauman, Hendi menerima Suhuf Halaqoh dari para alim ulama di Kota Semarang dan selanjutnya membagikan kue khas Semarang yaitu roti ganjel rel dan air Khataman Alquran. Selepas mengikuti proses di Masjid Kauman Semarang, Hendi beserta rombongan bertolak menuju MAJT untuk menyerahkan Suhuf Halaqoh kepada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang bertindak selaku KRMT Probo hadikusumo.

Rangkaian prosesi tersebut kemudian ditutup dengan diumumkannya awal Ramadan oleh Gubernur Jawa Tengah kepada warga masyarakat yang kemudian dilanjutkan dengan pemukulan bedug.

Dugderan kali ini terasa lebih meriah dan spesial dengan adanya konvoi Warak raksasa berukuran tinggi 6 meter dan partisipasi peserta yang terus meningkat. Warak sendiri merupakan hewan mitologi yang menjadi ikon Kota Semarang yang melambangkan keberagaman budaya di Kota Semarang. Selain itu, ada pula sejumlah kesenian yang semakin menyemarakkan kirab.

Wali Kota Hendi, sapaan akrab Hendrar Prihadi, dalam sambutannya berharap tradisi Dugderan ini dapat menjadi budaya yang menarik minat wisatawan lokal dan mancanegara untuk datang berkunjung ke Kota Semarang.

Penyelenggaraan Dugderan yang berdekatan dengan HUT Kota Semarang, menurutnya semakin mengikat kuat kebersamaan, guyub rukun.

"Prosesi Dugderan juga menjadi bukti nyata kedekatan pemerintah dan warga yang tak bersekat hingga toleransi tinggi dalam keberagaman Kota Semarang," katanya.

Dia menjelaskan, tradisi Dugderan merupakan agenda budaya tahunan yang selalu diikuti dan diuri-uri warga dan pemerintah Kota Semarang. "Dugderan, telah ada sejak bupati pertama Sunan Pandanaran yang pada waktu itu berembug dengan para ulama untuk kemudian memberitahukan kepada warga masyarakat awal Ramadan," beber Hendi.

Dengan Dugderan ini, warga Kota Semarang khususnya diminta untuk bersih-bersih diri, melakukan persiapan fisik dan memperbanyak amalan positif yang akan dilipatgandakan pahalanya oleh Allah SWT.

Tahun ini, menurut Hendi, yang spesial adalah tingkat partisipasi dari masyarakat yang semakin banyak dan meningkat. Menyikapi keragaman yang menjadi ciri khas Kota Semarang, Hendi mengajak untuk sepakat bahwa perbedaan adalah kekuatan, bukan sesuatu yang melemahkan.

"Maka, di Bulan Ramadan ini, harus saling menghargai dan menghormati sehingga lahir kekuatan yang semakin baik untuk membangun kota. Kita adalah satu warga bangsa Indonesia yang harus kompak untuk membangun Kota Semarang," ungkapnya.

(NS) Laporan: Andi Pujakesuma
  1. Peristiwa
  2. Ragam
  3. Pemkot Semarang
KOMENTAR ANDA