1. HOME
  2. KABAR SEMARANG

Tahun politik, ulama perempuan se-Jawa halaqoh kuatkan persaudaraan

"Perbedaan pilihan bukan satu-satunya cara untuk memutus tali silaturrahmi. "

Sejumlah ulama perempuan se-Jawa membacakan hasil halaqoh yang dilakukan di Semarang, Kamis (29/3).. ©2016 Merdeka.com Editor : Nur Salam | Contributor : Andi Pujakesuma | Kamis, 29 Maret 2018 15:46

Merdeka.com, Semarang - Ulama perempuan se-Pulau Jawa melakukan halaqoh di Hotel Aston Semarang, Kamis (29/3). Dalam halaqoh tersebut, ulama perempuan menyampaikan sikapnya tentang tekad yang sama dalam menjaga keutuhan NKRI dan menegaskan Indonesia sebagai negara yang kaya keanekaragaman tidak boleh bubar.

"Ulama perempuan siap menjaga kedaulatan dan keutuhan NKRI" tegas Nyai Jauharotul Farida, Pengasuh Pondok Pesantren Thariqah Mu'tabarah Semarang yang juga Kepala Pusat Studi Gender dan Anak UIN Walisongo Semarang.

Untuk mewujudkan tekad bulat itu, seluruh peserta ulama perempuan se-Pulau Jawa menegaskan bahwa berdirinya Negara Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peran ulama.

"Jejaring ulama dan agawaman mampu menyatukan seluruh kelompok masyarakat serta membentuk konsensus bersama melawan kolonialisme dan membentuk negara berdaulat, itulah yang harus kita hormati bersama," terangnya.

Untuk menjaga keutuhan NKRI tersebut, Nyai Jauharotul menyampaikan perlunya mengedepankan prinsip-prinsip Islam dalam menjalankan amaliyah keagamaan, dengan tetap menjaga perbedaan-perbedaan cara pandang agama sebagaimana madzhab ahlussunah wal jama’ah.

Selain itu, kata dia, ulama perempuan harus memperkuat paham Islam moderat, sebagai kekuatan Islam Nusantara yang memiliki keragaman budaya, sosial dan ideologi. "Dengan Islam moderat ini, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) akan tetap kokoh berdiri sebagai negara yang plural, menghargai segala bentuk perbedaan," tambahnya.

Dia menambahkan, upaya untuk memperkuat jaringan ulama perempuan dalam rangka edukasi pencegahan tindak radikalisme dan terorisme di daerah masing-masing, juga penting dilakukan. Sebab, radikalisme dan terorisme yang masuk ke ranah generasi muda ikut mengancam kesatuan negara.

"Ulama perempuan juga harus meneguhkan pentingnya toleransi beragama sebagai pilar penting persatuan dan kesatuan Indonesia, meneguhkan kembali Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI dan Undang-undang Dasar 1945 sebagai ideologi bangsa yang tidak dapat digantikan dan tetap perlu mendorong pelaksanaan di tengah masyarakat," tegasnya.

Terkait tahun politik, hasil halaqoh menyebutkan bahwa ulama perempuan akan menjaga persaudaraan lahir dan batin di tahun politik. "Perbedaan pilihan bukan satu-satunya cara untuk memutus tali silaturrahmi. Maka kedewasaan berpolitik bagi ulama perempuan menjadi sangat penting," tambah dia.

Dia juga mengajak semua masyarakat untuk menolak segala bentuk berita bohong (hoax) dan menghentikan segala cara ujaran kebencian sebagai solusi menghentikan fitnah yang memecah belah bangsa. "Terakhir kami meminta kepada wakil rakyat untuk menjaga harga diri dengan berucap dan bersikap dengan sopan dan beradab," pungkasnya.
(NS) Laporan: Andi Pujakesuma
  1. Peristiwa
  2. Politik
KOMENTAR ANDA