"Gerakan Santri Menulis ini juga sekaligus sebagai upaya untuk mencegah penyebaran hoax di Indonesia..."
Merdeka.com, Semarang - Maraknya berita palsu atau hoax membuat Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi geram. Dia mengajak seluruh elemen masyarakat untuk melawan penyebaran berita hoax tersebut. Hal itu dia sampaikan saat membuka kegiatan "Gerakan Santri Menulis" di Universitas Negeri Semarang (UNNES), Senin (21/5). Kegiatan itu, diikuti setidaknya 150 santri dari 15 Pesantren yang ada di Jawa Tengah ikut serta menjadi peserta.
Pada kegiatan yang dimulai pukul 08.00WIB hingga pukul 18.00WIB yabg diakhiri dengan berbuka bersama itu, para santri diberi pembekalan. Mulai dari pemberian materi terkait teknik jurnalistik, hingga praktik menulis artikel. Melalui kegiatan itu, diharapkan para santri dapat memiliki bekal yang cukup jika ingin mengembangkan bakat dalam dunia jurnalistik. "Gerakan Santri Menulis ini juga sekaligus sebagai upaya untuk mencegah penyebaran hoax di Indonesia yang lebih masif lagi," kata Wali Kota yang akrab disapa Hendi ini.
Lebih lanjut Hendi menerangkan, peredaran berita hoax saat ini sudah sangat masif. Dari data Kemenkominfo disebutkan bahwa per tahun kurang lebih ada 800 ribu berita hoax yang terpublikasi dan menyebar ke masyarakat. "Ini tentu saja menjadi sebuah hal buruk yang harus disikapi bersama-sama. Maka melalui Gerakan Santri Menulis ini, para santri dibekali pengetahuan jurnalistik untuk bisa mengontrol bersama berita-berita yang menyebar di masyarakat, apakah itu hoax atau tidak," jelasnya.
Selain di Kota Semarang sendiri, Gerakan Santri Menulis ini juga akan diselenggarakan di berbagai wilayah di Provinsi Jawa Tengah. Direncanakan setelah dibuka di Kota Semarang, total ada 14 kota/kabupaten lainnya di Jawa Tengah yang akan menjadi tempat penyelenggaraan kegiatan pelatihan jurnalistik bagi para santri itu. Secara khusus, tempat penyelenggaraan kegiatan dalam setiap kota/kabupaten akan dipusatkan di perguruan tinggi dan pondok pesantran yang ada di masing-masing wilayah.
Hendi menuturkan, melalui Gerakan Santri Menulis, para santri juga didorong untuk mampu aktif menulis artikel-artikel yang mampu memiliki dampak positif di masyarakat. "Hari ini juga bertepatan dengan 20 tahun peringatan reformasi, di mana pasca reformasi kita memasuki era kebebasan berpendapat yang harus dapat aktif dimanfaatkan secara positif," tutur pria yang juga politisi PDI Perjuangan itu.
Dengan kebebasan itu, saat ini setiap orang dapat mempublikasikan karya jurnalistik sendiri secara online dengan perkembangan teknologi informasi seperti sekarang. "Yang harus dipastikan adalah bagaimana keuntungan ini dipergunakan dalam koridor yang benar," pungkasnya.