1. HOME
  2. KABAR SEMARANG

Wali Kota Hendi ajak generasi milenial tidak sebar hoax

“Saya minta kepada generasi milenial dan agar lebih berhati-hati pada saat share berita yang informasinya tidak jelas."

Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi bercengkrama dengan jamaah usai tarawih keliling di Masjid Al Hidayat Kompleks Mapolrestabes Semarang, Senin Malam (21/5).. ©2016 Merdeka.com Editor : Nur Salam | Contributor : Andi Pujakesuma | Selasa, 22 Mei 2018 16:32

Merdeka.com, Semarang - Di tengah maraknya aksi terorisme saat ini, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengingatkan kepada warga masyarakat untuk selalu meningkatkan kewaspadaan. Kewaspadaan tersebut bisa berupa sumbangsih dari warga Semarang dengan aktif memantau lingkungan masing-masing baik di tingkat RT maupun RW.

Hal itu diungkapkan orang nomor satu di Kota Semarang saat menghadiri agenda tarawih keliling bersama jajaran Muspida Plus di Masjid Al Hidayat Kompleks Mapolrestabes Semarang, Senin Malam (21/5).

“Peningkatan kewaspadaan sangat penting supaya potensi-potensi pergerakan yang memungkinkan munculnya persoalan keamanan di Kota Semarang bisa diketahui secara dini dan dapat diminimalkan bersama pihak kepolisian," kata Wali Kota yang akrab disapa Hendi ini.

Selain menjaga situasi kondisi keamanan, Hendi juga mengimbau kepada masyarakat agar tidak menambah rumit situasi saat ini dengan bijak menggunakan media sosial dan tidak menyebar berita-berita hoax. Sebab menurutnya, hal itu dapat memecah belah bangsa.

“Saya minta kepada generasi milenial dan agar lebih berhati-hati pada saat share berita yang informasinya tidak jelas. Orang tua juga harus mengawasi anak-anaknya agar berita-berita hoax tidak mudah disebarkan," pintanya.

Sementara itu, Ustad Drs H Fachrurozi yang dalam kesempatan itu memberikan tausiyah mengatakan, masyarakat diminta selalu menghormati dan menerima dengan berbagai tipe pemimpin. Karena menurutnya seorang pemimpin merupakan orang yang patut ditiru.

“Kita harus siap dengan berbagai macam tipe pemimpin, sebagai anggota masyarakat kita harus siap mengikuti irama sang pemimpin bagaimana kita saat ini berada," kata dia.

Contoh konkret adalah saat pelaksanaan salat tarawih. Saat pelaksanaan salat itu, ada perbedaan tipe imam, yakni ada yang dipimpin seorang imam yang cepat, lambat, dengan berbagai variasi suara berbeda-beda.

"Maka sepantasnyalah kita menghormati para pemimpin tersebut dengan gayanya masing-masing asalkan masih di dalam garis lurus," pungkasnya.

(NS) Laporan: Andi Pujakesuma
  1. Peristiwa
  2. Pemkot Semarang
KOMENTAR ANDA