"Tapi kami sudah dapat kepastian kalau pasokannya cukup sehingga saya yakin sebentar lagi akan stabil,"
Merdeka.com, Semarang - Kenaikan harga daging ayam dan telur di sejumlah pasar tradisional Kota Semarang membuat Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi bergerak cepat. Bersama jajarannya, Wali Kota Semarang yang akrab disapa Hendi ini melakukan pemantauan langsung harga-harga bahan makanan pokok di sejumlah pasar tradisional Kota Semarang.
"Harga ayam dan telur walaupun masih tinggi tapi sudah berangsur turun, saya cek hari ini untuk telur ada di angka Rp 26 ribu perkilogram, dan kalau ayam ada di angka Rp 40 ribu perkilogram, akan dipantau terus pergerakan harganya setiap hari," kata Hendi saat memantau harga di Pasar Prembaen, Jalan Depok Kota Semarang, Rabu (25/7).
Di Pasar tersebut, Wali Kota Semarang yang juga politisi PDI Perjuangan tersebut berdialog dengan sejumlah pedagang dan pembeli untuk memastikan pergerakan harga ayam dan telur sampai saat itu. Hendi sendiri meyakinkan jika pemerintah tidak berpangku tangan dalam menghadapi kenaikan harga ayam dan telur di pasaran.
"Kami pantau sejak dua minggu yang lalu secara langsung maupun melalui sistem harga komoditi yang kami miliki. Memang grafik harganya hari ke hari masih fluktuatif. Tapi kami sudah dapat kepastian kalau pasokannya cukup sehingga saya yakin sebentar lagi akan stabil," tukasnya.
Hendi menjelaskan, sesuai data aplikasi sistem harga komoditi yang digunakan oleh Pemerintah Kota Semarang, harga ayam sudah sempat mengalami penurunan dari Rp 38.400 perkilogram, pada tanggal 12 Juli 2018 menjadi Rp 36.400 perkilogram pada tanggal 20 Juli 2018. "Namun pada minggu ini harga ayam tersebut kembali naik hingga menyentuh angka lebih dari Rp 40.000," imbuhnya.
Sedangkan untuk telur ayam, lanjut dia, masih sesuai data aplikasi sistem harga komoditi yang digunakan oleh Pemerintah Kota Semarang. Tercatat puncak kenaikan harga sudah terlewati dan di minggu ini berangsur-angsur turun.
Dari data yang dimilikinya, pada 11 Juli 2018 harga telur ayam memang sempat menyentuh angka Rp 28.000 perkilogram, namun dalam minggu ini sudah mulai bisa dikendalikan hingga kurang dari Rp 26.000 perkilogram.
Dari dialog yang dilakukan dengan sejumlah pembeli di Pasar Prembaen, Hendi berharap agar seluruh masyarakat Kota Semarang dapat bergerak bersama untuk mengatasi permasalahan tersebut. Dia meyakini, jika permintaan pembeli tidak banyak, maka harga ayam dan telur dapat lebih mudah dikendalikan.
"Saya tentunya mengharapkan masyarakat dapat berpartisipasi aktif dalam mengendalikan harga ayam dan telur ini, salah satunya dengan sementara beralih ke bahan makanan lain untuk mencukupi asupan protein, misalnya seperti ikan, tempe, tahu, dan seterusnya," imbau Hendi.
Sementara itu, Kartika salah satu ibu rumah tangga yang biasa berbelanja di Pasar Prembaen, mengatakan jika untuk harga ayam dan telur memang dirasanya masih tinggi. Tapi dirinya bersyukur karena pergerakannya sudah mulai turun. "Ya Alhamdulillah sudah mulai turun, harapannya sih bisa cepat stabil. Menyiasatinya ya ganti masak tahu tempe dulu, nanti kalau sudah stabil baru masak ayam lagi," ucapnya.