"Bentuknya yang bulat tidak memiliki ujung yang mengandung makna kekeluargaan dengan keterikatan tanpa batas,"
Merdeka.com, Semarang - Keceriaan terpancar di wajah ratusan siswa siswi Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kuncup Melati Semarang, Selasa (6/2). Bagaimana tidak, mereka mendapat dua kue keranjang gratis persiswa yang dibagikan oleh Yayasan Khong Kauw Hwee.
Dengan semangat, satu persatu siswa itu maju ke depan untuk memperoleh kue khas perayaan Imlek tersebut. Setelah mendapat kue itu, para siswa dengan lahap memakannya.
Ketua Yayasan Khong Kauw Hwee Wong Aman Gautama, mengatakan, pembagian kue keranjang tersebut dilakukan dalam rangka menyambut Imlek 2569 tahun ini. Dalam kesempatan itu, ratusan kue diberikan kepada sekitar 230 siswa sekolah Kuncup Melati.
"Satu anak mendapat dua kue. Ini kami lakukan untuk berbagi kebahagiaan dan memeriahkan perayaan Imlek yang jatuh pada 16 Februari mendatang," kata dia.
Wong Aman Gautama menambahkan, kue keranjang merupakan penganan khas dan identik dengan perayaan Imlek. “Kue keranjang adalah kue khas yang selalu disajikan pada saat perayaan Imlek. Kue keranjang disebut juga dengan Nian Gao dan sekolahan ini selalu tiap tahun memperingatinya dengan cara membagikan kue ini kepada siswa dan siswi,” tambah dia.
Dia menerangkan, disebut kue keranjang karena cetakan kue ini berupa wadah keranjang bambu dan memiliki makna serta filosofi yang mendalam. "Bentuknya yang bulat tidak memiliki ujung yang mengandung makna kekeluargaan dengan keterikatan tanpa batas," terangnya.
Kemudian mengenai teksturnya, dia menerangkan jika kue ini memiliki tekstur yang lembut dan kenyal menggambarkan keuletan, kegigihan, serta daya juang yang tinggi. "Kue ini juga mempunyai sifat yang tahan lama. Hal ini memiliki makna penting yang mengimplikasikan jalinan relasi yang awet dan berkualitas," terangnya.
Sedangkan rasa manis dari kue keranjang juga bermakna suka cita dan memiliki rasa yang bisa membahagiakan orang lain serta membagikan nilai-nilai positif bagi sesama. Dan yang terakhir adalah makna di balik proses pembuatan yang relatif lama, kurang lebih 8 jam.
“Jadi proses ini menggambarkan bahwa dibalik manisnya hidup seperti rasa kue yang nikmat ini dibutuhkan proses untuk menggapainya,” pungkasnya.
Salah seorang siswi kelas VI, Zarima Krisnamurti mengaku merasa senang mendapatkan pembagian kue keranjang ini. Setiap tahun, Zarima mengaku selalu mendapatkan kue keranjang ini. “Setiap tahun sekolah selalu membagikan kue keranjang kepada siswa dan siswi ini,” katanya.