1. HOME
  2. KABAR SEMARANG

Sambut Ramadan, ribuan warga Kota Semarang meriahkan kirab Dugderan 2018

"Kegiatan Dugderan ini sudah dimulai oleh Kanjeng Bupati Raden Mas Tumenggung Aryo Purboningrat sejak 1881..."

Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi bersama istri menaiki kereta kencana dalam kirab budaya Dugderan, Selasa (15/5).. ©2016 Merdeka.com Editor : Nur Salam | Contributor : Andi Pujakesuma | Selasa, 15 Mei 2018 15:50

Merdeka.com, Semarang - Ribuan warga Kota Semarang tumpah ruah di halaman Balai Kota Semarang, Selasa (15/5). Dengan antusias, mereka mengikuti kirab budaya Dugderan yang digelar oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang.

Kirab Dugderan diawali dengan upacara yang dipimpin oleh Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi. Dalam kesempatan itu, Hendi, panggilan akrab Hendrar Prihadi memerankan sosok Kanjeng Bupati Raden Mas Tumenggung Aryo Purboningrat, sebagai pencetus kegiatan Dugderan di Kota Semarang.

Upacara digelar seperti upacara keraton. Pemimpin upacara, sambutan dan laporan-laporan menggunakan Bahasa Jawa Kromo Inggil atau Bahasa Jawa Halus. "Kegiatan Dugderan ini sudah dimulai oleh Kanjeng Bupati Raden Mas Tumenggung Aryo Purboningrat sejak 1881 sebagai acara menyambut datangnya bulan Ramadan. Kami menggelar kegiatan ini sebagai bukti bahwa masyarakat Kota Semarang tidak melupakan sejarah leluhur dan terus melestarikannya," kata Hendi.

Kegiatan kirab Dugderan ini, lanjut Hendi, memiliki nilai-nilai filosofi yang tinggi. Diantaranya mewujudkan rasa guyub rukun, persatuan dan kesatuan masyarakat. "Ini harus terus dilestarikan, masyarakat harus guyub rukun menjunjung persatuan dan kesatuan bangsa," terangnya.

Menurutnya, persatuan warga Kota Semarang memang tidak bisa dibantahkan. Masyarakat Semarang sudah terbiasa gotong royong dan toleransi. "Maka wajar jika Kementerian Agama memberikan penghargaan kepada Kota Semarang, sebagai kota yang berpartisipasi aktif membina kerukunan agama. Selain itu, banyak pula penghargaan-penghargaan lain yang diterima kota ini," tambahnya.

Hendi menyebutkan, Dugderan ini juga sebagai wujud persatuan antara pemimpin dan masyarakat. Dalam kegiatan itu, terbukti jika pemimpin dan rakyat dapat saling bersilaturahmi, bersatu, tidak ada jarak antara keduanya. "Semangat ini harus dilestarikan untuk bersama rakyat Semarang hebat," tambah dia.

Dalam Dugderan itu, ada juga simbol warak ngendog, seekor hewan rekaan yang menggambarkan kemajemukan warga Kota Semarang. Namun, didalam kemajemukan itu, semua dapat hidup berdampingan secara rukun dan damai.

"Selain itu, Dugderan ini juga diharapkan menjadi bagian daya tarik wisata, yang bisa menarik wisatawan baik lokal maupun mancanegara," bebernya.

Ribuan peserta mengikuti kirab dengan tertib. Mereka membawa aneka kesenian budaya, seperti kuda lumping, reog, rebana, barongsai, atraksi silat, drum band dan semacamnya. Kirab semakin meriah dengan kehadiran manggar dan replika warak ngendog yang dibawa peserta.

Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi beserta istri mengikuti kirab dengan menaiki kereta kencana. Diikuti pejabat-pejabat lain yang juga menaiki kereta kuda. Mereka menyusuri jalanan menuju Masjid Agung Kauman Semarang untuk bertemu dengan para alim ulama dan dan menerima suhuf hasil halaqoh, yakni pengumuman datangnya bulan suci Ramadan yang selanjutnya diumumkan kepada masyarakat.

Setelah dari Masjid Kauman Semarang, rombongan kemudian menuju Masjid Agung Jawa Tengah. Di lokasi itu, Wali Kota Hendi akan memberikan suhuf halaqoh tersebut kepada Raden Mas Tumenggung Probohadikusuma untuk diumumkan kepada seluruh warga Jawa Tengah.

(NS) Laporan: Andi Pujakesuma
  1. Peristiwa
  2. Ragam
  3. Pemkot Semarang
  4. Budaya
KOMENTAR ANDA