1. HOME
  2. KABAR SEMARANG

Cegah DBD, Hendi Instruksikan Pengerukan Sedimen Digiatkan

"Melalui konsep bergerak bersama yang terus kita sosialisasikan, maka hal semacam ini dapat dilakukan bersama-sama,"

Wali Kota Hendi menyalami warga di acara Jalan Sehat di Keluarahan Wonodri.. ©2016 Merdeka.com Editor : Nur Salam | Contributor : Andi Pujakesuma | Selasa, 19 Februari 2019 16:17

Merdeka.com, Semarang - Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi meminta masyarakat giat membersihkan sedimentasi di saluran-saluran air. Hal itu penting agar aliran air di selokan lancar, sehingga dapat mencegah bersarangnya nyamuk Aedes Aegypti penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Hal itu disampaikan Hendi, panggilan akrab Hendrar Prihadi, saat mengikuti jalan sehat di Kelurahan Wonodri Semarang, Selasa (19/2). Di lokasi itu, Hendi mengomentari tentang banyaknya saluran air yang dipenuhi sedimentasi.

Menurut Hendi, meski terletak dekat dengan pusat kota, Kelurahan Wonodri bukan berarti tidak ada permasalahan. Jika di daerah pinggiran masalah yang sering dijumpai adalah infrastruktur jalan yang masih kurang baik, sedangkan di daerah perkotaan ditemukan adanya saluran air dengan sedimentasi yang cukup tebal, seperti saluran yang berada dekat dengan kompleks PIP.

Untuk mengatasi hal tersebut, Hendi menginstruksikan untuk dilakukan pengerukan hari itu juga kepada Kepala Dinas PU, Iswar Aminuddin, yang juga menghadiri jalan sehat pagi tersebut. "Di sinilah saya mengharapkan inisiatif warga, untuk aktif melaporkan atau dengan kerja bakti warga. Melalui konsep bergerak bersama yang terus kita sosialisasikan, maka hal semacam ini dapat dilakukan bersama-sama," kata Hendi.

Dia meminta masyarakat untuk merawat infrastruktur seperti saluran air secara bersama-sama. Dia mengingatkan warga untuk terus menjaga kebersihan lingkungan mengingat penyakit DBD hingga kini masih menjadi persoalan serius.

Menurut catatan, di Kota Semarang puncak kasus DBD terjadi pada tahun 2013 dengan jumlah 2.000 penderita. Sejak itu jumlahnya terus menurun sampai 2018 tercatat 50 penderita. Namun Tahun 2019 naik lagi, tercatat sampai dengan Januari 2019 sudah terlaporkan ada 80 penderita DBD. “Saya berharap di Kelurahan Wonodri jangan sampai ada warga yang terkena DBD," tukasnya.

Peningkatan jumlah kasus DBD, lanjut Hendi, juga terjadi kota-kota lain di Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, memasuki pertengahan Februari 2019, jumlah penderita DBD di Indonesia mencapai 20.321 orang. Sementara itu korban meninggal dunia telah mencapai 196 orang dengan jumlah terbanyak terdapat pada Jawa Timur, yakni 52 orang. Kedua di NTT sebanyak 19 orang.

Beberapa daerah sudah menyatakan kasus DBD sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) seperti Kabupaten Manggarai Barat, Kabupaten Ponorogo, kota Manado dan Kabupaten Paser di Kalimantan Timur. Sementara Sumba Timur menyatakan darurat DBD. Lalu pertengahan Februari ini menjadi 20.321 orang dengan penderita terbanyak di Jawa Timur sebanyak 3.074 orang, lalu Jawa Barat 2.461 orang, NTT 1957 orang, Lampung 1.483 orang, dan ke lima Jawa Tengah 1.333 orang.

Untuk itu, Hendi mengajak warga untuk mengaktifkan PSN atau Pemberantasan Sarang Nyamuk. "Persoalan penyakit DBD ini lagi hot di seluruh Indonesia. Kalau tidak ingin ada yang terkena DBD caranya harus intensifkan dan aktifkan program PSN. Setiap jumat pagi dicek, saluran, vas bunga, bak mandi kalau ada air atau jentik nyamuk segera dikuras. Mudah-mudahan Wonodri tidak ada yang terkena DBD," ungkapnya.

(NS) Laporan: Andi Pujakesuma
  1. Kesehatan
  2. Pemkot Semarang
KOMENTAR ANDA