"Kami targetkan pada 2018 atau paling tidak 2019 semua warga Kota Semarang sudah memiliki jamban sehat,"
Merdeka.com, Semarang - Persoalan sanitasi sehat masih menjadi pekerjaan rumah bagi sejumlah kota besar di Indonesia, termasuk Kota Semarang. Di Kota Semarang saja, sampai saat ini masih ada 3.000 kepala keluarga (KK) yang belum memiliki jamban sehat sehingga melakukan buang air besar sembarangan.
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengatakan, pihaknya menargetkan pada akhir tahun 2018, semua warga sudah memiliki akses untuk buang air besar yang sehat. Sehingga, pihaknya meminta dukungan dari semua pihak, baik masyarakat, instansi terkait, pihak swasta untuk bersama-sama menyelesaikan permasalahan tersebut.
"Persoalan sanitasi ini memang terus kami kebut penyelesaiannya. Kami targetkan pada 2018 atau paling tidak 2019 semua warga Kota Semarang sudah memiliki jamban sehat," kata Hendi, panggilan akrab Hendrar Prihadi saat menghadiri deklarasi Stop Buang Air Besar Sembarangan di Kecamatan Ngaliyan, Rabu (18/7).
Hendi menerangkan, selain dapat menimbulkan bau, mengganggu estetika dan mencemari lingkungan, kebiasaan buang air besar sembarangan dapat berpengaruh pada tingkat kesehatan masyarakat. Bahkan, kebiasaan buang air besar sembarangan juga dapat menyebabkan penyakit diare dan inspeksi saluran pernapasan akut (ISPA). "Dan penyakit itulah yang menjadi penyebab tingginya angka kematian untuk Balita di Indonesia," tegasnya.
Untuk itu, pihaknya meminta semua elemen terus bergerak cepat menyelesaikan persoalan itu. Dia juga meminta bantuan dari semua pihak khususnya perusahaan melalui kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) untuk fokus dalam persoalan sanitasi sehat.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Semarang, Widoyono menambahkan, dari total 16 kecamatan di Kota Semarang, baru delapan Kecamatan yang mendeklarasikan Stop Buang Air Besar Sembarangan. "Untuk itu kami kebut, sebab efek dari program ini sangat besar, baik bagi kesehatan ataupun untuk indeks pembangunan manusia di Kota Semarang," tukasnya.
Widoyono menerangkan, jika seluruh warga Kota Semarang memiliki jamban sehat, maka dalam waktu satu atau dua tahun ke depan penyakit diare dan ISPA di Kota Semarang akan menurun drastis. Menurutnya, dua penyakit itu yang menjadi penyebab terbesar angka kematian pada bayi.
"Di Kota Semarang, setiap tahun ada 250 bayi yang meninggal. Dari jumlah itu, penyumbang penyakit terbesar adalah diare dan ISPA yang awalnya bersumber dari kebiasaan buang air besar sembarangan," bebernya.
Selain itu, lanjut Widoyono, selain meningkatkan kesehatan, program ini juga akan menyumbang angka harapan hidup masyarakat serta meningkatkan indeks pembangunan manusia (IPM) hingga 36%.
"Untuk itu kami akan terus mengebut program ini dan kami targetkan Oktober atau November semua masyarakat sudah memiliki jamban sehat dan tidak melakukan buang air besar sembarangan," tutupnya.