1. HOME
  2. KABAR SEMARANG

Masuki usia ke-37, UPGRIS fokuskan diri perbanyak kontribusi ilmiah

"Sehingga tidak terus terpaku mengejar prestasi (akademik) saja,"

Rektor UPGRIS. Foto/Humas UPGRIS. ©2016 Merdeka.com Editor : Nur Salam | Senin, 23 Juli 2018 18:07

Merdeka.com, Semarang - Memasuki usia yang ke-37 merupakan usia yang matang dan dewasa bagi sebuah lembaga pendidikan tinggi seperti Universitas PGRI Semarang (UPGRIS). Oleh sebab itu, pada usia tersebut harus ada capaian-capaian lain selain prestasi akademik yang sudah dimiliki. Hal itu disampaikan oleh Rektor UPGRIS Muhdi di sela puncak acara Dies Natalis kampus tersebut yang ke-37 di Balairung UPGRIS, Senin (23/7).

"Kita sudah 37 tahun mengabdikan diri untuk pendidikan Indonesia. Usia 37 tahun itu sudah dewasa, tapi belum tua ya. Pada usia ini, UPGRIS berupaya terus mengembangkan diri. Dan lebih daripada itu, kita terus berupaya memberikan kontribusi dan memperbanyak tanggungjawab melalui berbagai penelitian dan pengabdian sebagai bentuk nyatanya. Sehingga tidak terus terpaku mengejar prestasi (akademik) saja," paparnya.

Dia menyebutkan, UPGRIS sebagai salah satu perguruan tinggi swasta (PTS) di Jawa Tengah, secara peringkat kini sudah menempati peringkat 100 besar nasional. Kemudian khusus pada bidang pengabdian masyarakat, UPGRIS masuk peringkat ke-23 nasional. "Kemudian di bidang penelitian, kita sudah masuk posisi ke-66. Ini artinya, pada usia ke-37 ini keseimbangan sudah mulai tampak, disamping terus mengembangkan diri dan berkontribusi untuk Indonesia," katanya.

Muhdi menambahkan, sebagai salah satu Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) di Indonesia, UPGRIS juga terus berupaya menempatkan diri sebagai lembaga pendidikan yang menyiapkan calon guru profesional. Diantaranya dengan berbagai program peningkatan kompetensi guru melalui sertifikasi. "Sebagai LPTK, posisi UPGRIS sudah berada pada posisi ke-21 perguruan tinggi tau LPTK terbaik (nasional). Ini juga menjadi capaian UPGRIS pada usia ke-37 ini," bebernya.

Lebih lanjut dia mengatakan, hal penting lainnya yang perlu terus dipacu adalah peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki. Menurutnya, kualitas SDM merupakan salah satu investasi terpenting bagi sebuah perguruan tinggi.

"Saat ini, UPGRIS telah memiliki 57 doktor, dan ada 80 lebih dosen yang tengah studi doktoral baik di dalam maupaun luar negeri. Dan tahun ini juga, kami berangkatkan cukup banyak dua orang dosen ke luar negeri, yakni ke China dan Thailand. Mudah-mudahan cepat lulus, dan akan menambah jumlah doktor di UPGRIS," tukasnya.

Pada puncak peringatan Dies Natalis UPGRIS tersebut, dosen muda bernama Mega Novita, S.Si., M.Si., M.Nat.Sc., Ph.D diberikan kesempatan memberikan pidato ilmiah berjudul "Komputasi Energi Ion-Ion Logam Transisi Untuk Tehnologi Penerangan."

Mega yang merupakan lulusan doktor terbaik dari Universitas Kwansei Gakuin Jepang memaparkan bagaimana pertumbuhan penduduk dunia mempengaruhi semakin menipisnya sumber energi, khususnya energi fosil. Akibat perebutan sumber energi juga mengakibatkan banyaknya perselisihan dan peperangan penduduk dunia.

Reviewer dari jurnal internasional bereputasi Elsevier tersebut juga memaparkan bagaimana sejarah manusia menemukan sumber energi cahaya. Mulai dari penggunaan cara primitif seperti membuat perapian melalui penggunaan batu pijar, hingga ditemukannya lampu pijar, lampu pendar, hingga pada era saat ini dengan pemanfaatan lampu LED atau ligth emitting diode sebagai bentuk pemakaian sumber energi secara efisien.

(NS)
  1. Pendidikan
KOMENTAR ANDA