"Jadi, saya titipkan sepenuhnya dengan ikhlas. Harapannya paling tidak tiga tahun ke depan,"
Merdeka.com, Semarang - Momen hari pertama tahun ajaran baru disambut antusias oleh para orang tua murid untuk mengantar anaknya masuk sekolah. Tak terkecuali Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi yang menyempatkan waktu untuk mengantarkan Arya Nandhana Syariendrar, putranya, ke sekolah.
Dengan masih memakai seragam sekolah SMP, putra ketiga Wali Kota Semarang yang akrab disapa Hendi itu berangkat untuk mengikuti orientasi sekolah di SMAN 3 Semarang. Arya sendiri tahun ini tercatat sebagai 1 dari 408 murid baru di SMA yang termasuk salah satu sekolah favorit di Kota Semarang itu.
Sekolah tersebut cukup menjadi incaran karena terkenal. dengan deretan nama besar yang menjadi alumninya, sebut saja Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi pernah mengenyam pendidikan di sekolah yang beralamat di Jalan Pemuda No 147, Semarang tersebut.
“Sekolah ini sudah melahirkan banyak alumni yang menjadi tokoh-tokoh penting di republik ini, ada Bu Menteri Keuangan, ada Bu Menteri Luar Negeri, para jenderal TNI-POLRI, rekan-rekan saya di parlemen dan masih banyak lain,” ujarnya, Senin (15/7).
Untuk itu, lanjut Hendi, mulai hari ini 40% lebih waktu Arya setiap hari ada di lingkungan sekolah. "Jadi, saya titipkan sepenuhnya dengan ikhlas. Harapannya paling tidak tiga tahun ke depan, Arya dapat menjadi anak muda yang lebih tangguh,” tuturnya.
Secara khusus, Hendi juga berharap output dari berbagai kegiatan di SMAN 3 Semarang dapat membuat para siswanya memiliki ilmu pengetahuan yang luar biasa. Oleh karena itu, dia berpesan agar pendidikan di sekolah tersebut tidak hanya mengajarkan keilmuan semata, melainkan juga pengetahuan yang bersifat sosial. "Mereka ini usia-usia emas yang harus diisi dengan hal-hal yang baik dan positif. Tidak hanya keilmuan, tapi juga persoalan NKRI," tegas Hendi.
Di sisi lain, Hendi juga menyisipkan pesan anti bullying dengan menganalogikan melalui sebuah falsafah Jawa, yang besar melindungi yang kecil, sedangkan yang kecil menghormati yang besar. Siswa yang lebih senior diharapkan mampu membimbing dan mengayomi siswa baru, sedangkan siswa baru juga harus menghormati dan lekas menyesuaikan diri dengan kebiasaan di sekolah baru.
“Kalau konsep falsafah Jawa ini bisa diterapkan, maka pola pendidikan di SMA Negeri 3 bisa kondusif, tidak ada bullying, tidak ada intimidasi, yang ada hanyalah saling mendukung untuk membuat SMA Negeri 3 menjadi sekolah yang terbaik tidak hanya di Jawa Tengah, melainkan di juga di tingkat nasional,” bebernya.