"Emisinya lebih rendah, tentu pencemaran lingkungan akibat gas buang kendaraan ini dapat ditekan di Kota Semarang,"
Merdeka.com, Semarang - Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang terus berupaya untuk menjadikan Kota Semarang ramah terhadap lingkungan. Hal itu diwujudkan dalam setiap program, salah satunya program ramah lingkungan dalam transportasi umum.
Program itu dilakukan dengan melakukan konversi bahan bakar Bus Rapid Transit (BRT) Trans Semarang dari solar ke bahan bakar gas (BBG). Rencananya, sebanyak 72 armada BRT koridor 1,5,6,7 dan koridor Bandara akan dikonversi bahan bakarnya menggunakan bahan bakar gas yang lebih ramah lingkungan.
Untuk melaksanakan program tersebut, Pemkot Semarang telah menjalin kerjasama dengan Toyama City Jepang. Kerjasama antar kedua kota tersebut ditandai dengan penandatanganan MOU pada 14 Desember 2017 .
"Tentu kami sangat senang dengan adanya kerjasama di bidang transportasi yang ramah lingkungan ini. Ini merupakan komitmen kami bersama Pemerintah Kota Toyama Jepang untuk mengurangi emisi," kata Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi, Selasa (24/7).
Pria yang akrab disapa Hendi ini menambahkan, proses konversi bahan bakar armada BRT dari bahan bakar minyak ke gas ini terbukti mampu mengurangi pencemaran udara melalui gas buang atau emisi kendaran tersebut. Dari hasil uji, penggunaan bahan bakar gas dapat mengurangi emisi hingga 40% lebih. "Emisinya lebih rendah, tentu pencemaran lingkungan akibat gas buang kendaraan ini dapat ditekan di Kota Semarang," tegasnya.
Untuk sementara, kata Hendi, proses konversi bahan bakar BRT dari solar ke gas ini hanya dilakukan pada lima koridor di Kota Semarang. Nantinya, pihaknya berharap semua armada BRT dapat menerapkan teknologi ramah lingkungan ini.
Sementara itu, Mr Koshin Takata sebagai perwakilan dari Toyama City Jepang mengungkapkan, proses konversi ini dilakukan dengan pemasangan alat konverter di dalam bus. Dengan penggunaan alat konverter ini, maka bahan bakar bus dari semula solar seluruhnya, hanya tinggal 30% solar. "70% bahan bakarnya adalah gas, tentu ini akan sangat ramah lingkungan karena bahan bakar gas ini terbukti mengurangi emisi cukup tinggi," ucapnya.
Selain ramah lingkungan, peralihan bahan bakar dari solar ke gas ini lanjut Takata juga dapat menambah tenaga armada BRT. Sehingga lanjut dia, peralihan ini sangat cocok digunakan untuk armada BRT di Kota Semarang mengingat kontur lokasi Semarang berbukit.
Di lain sisi, Kepala Dinas Perhubungan Kota Semarang, M Khadik menambahkan, proses konversi bahan bakar dari solar ke gas ini nantinya akan diterapkan pada semua armada BRT. Namun karena keterbatasan anggaran, saat ini hanya lima koridor saja yang dilakukan konversi ini.
"Harapannya nanti semua armada menggunakan bahan bakar gas ini agar keberadaan BRT tidak hanya memberikan kenyamanan bagi penumpang, namun juga menjadi pelopor moda transportasi yang ramah lingkungan," ucapnya.
Selain ramah lingkungan dan menambah power armada bus, peralihan bahan bakar dari solar ke gas ini juga membuat pengeluaran biaya semakin murah. Dengan perbandingan, harga solar perliter mencapai Rp 5.150, sementara harga gas hanya Rp 4.500 saja.