"Mungkin anak sekarang tidak tahu itu tempat apa, dan fungsinya apa. Padahal dahulu bis surat selalu dicari orang untuk berkirim surat,"
Merdeka.com, Semarang - Kotak berwarna orange itu masih setia berdiri di sejumlah jalanan Kota Semarang. Meski tidak dilirik lagi, ia tetap gagah dengan warna khasnya orange dan bertuliskan 'Bis Surat.'
Ya, dialah bis surat milik PT POS Indonesia. Sebelum surat elektronik hadir seperti sekarang, dahulu bis surat adalah tempat primadona bagi masyarakat untuk menyampaikan surat ke handai taulan atau keluarga nan jauh di sana.
Seiring perjalanan zaman, bis surat kini mulai ditinggalkan. Jarang sekali bahkan mungkin tidak ada lagi orang yang berkirim surat kemudian memasukkannya ke dalam bis surat. Praktis, bis surat saat ini menjadi barang antik yang menjadi saksi bisu kejayaan PT POS Indonesia tempo dulu.
Di Kota Semarang, keberadaan bis surat masih dapat dijumpai di sejumlah jalan protokol Kota Semarang. Seperti di Jalan Pemuda, Jalan Pahlawan, Jalan Majapahit dan jalan-jalan lainnya. Warnanya yang orange mudah dilihat saat melintas di tepi jalan.
"Mungkin anak sekarang tidak tahu itu tempat apa, dan fungsinya apa. Padahal dahulu bis surat selalu dicari orang untuk berkirim surat," kata salah satu anggota komunitas Filateli POS Indonesia, Erick Binzar Manurung, 38.
Menurut warga Perum BPI Blok H-7 Ngaliyan Semarang ini, bis surat memiliki kenangan tersendiri baginya. Saat masih muda, dia mengaku sering berkirim surat dengan sahabat penanya melalui bis surat ini.
"Hampir setiap minggu berkirim surat kepada teman. Kalau dahulu mau ke kantor pos malas antre, jadi bis surat ini satu-satunya cara untuk berkomunikasi dengan sahabat pena melalui surat," tambahnya.
Keberadaan bis surat sangat dibutuhkan oleh masyarakat saat itu. Dia masih ingat betul, bagaimana melihat pegawai POS yang setiap hari mengambil isi bis surat untuk kemudian mengirimkannya ke alamat tujuan.
"Sekarang sudah tidak ada lagi, namun saya masih senang keberadaan bis surat itu masih dipertahankan sebagai klangenan atau kenangan indah orang-orang seperti saya," terangnya.
Hal senada disampaikan Richa Miskiyya, 29. Richa mengaku bahwa bis surat memiliki kenangan indah semasa remajanya dulu. Meski sekarang dia tidak lagi menggunakan alat itu, namun keberadaan bis surat membuatnya selalu teringat kisah unik dan lucu masa lalu.
"Kadang sering senyam senyum sendiri saat melihat bis surat di pinggir jalan. Bagaimana dulu lari-lari ke bis surat untuk mengirimkan surat kepada teman," terangnya.
Dia berharap keberadaan bis surat tetap diabadikan. Keberadaannya di tepi jalan diharapkan tetap dipertahankan sebagai tetenger atau simbol kejayaan PT POS Indonesia tempo dulu.
"Saya harap juga dari PT POS Indonesia dapat terus merawatnya dengan selalu mengecat bis surat dengan baik. Sebab tak jarang saat ini bis surat dijadikan sarana aksi vandalisme yang membuat bis surat kumuh dan kotor," tutupnya.