1. HOME
  2. KABAR SEMARANG

Jam Kerja Berkurang, Hendi Minta Pelayanan Tetap Optimal

"Meski jam kerjanya sudah berkurang tetapi pelayanan harus tetap berjalan. Layani masyarakat dengan baik, dengan ikhlas,"

Wali Kota Hendi salat tarawih bersama Muspida dan OPD Pemkot Semarang di rumah dinas wali kota.. ©2016 Merdeka.com Editor : Nur Salam | Contributor : Andi Pujakesuma | Selasa, 07 Mei 2019 16:28

Merdeka.com, Semarang - Puasa tidak boleh menjadi alasan bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) khususnya di Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang untuk tidak memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan harus tetap dilakukan dengan ikhlas dan prima kepada masyarakat.

Hal tersebut ditegaskan Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi di hadapan ASN, Forkopimda, Muspida peserta Tarawih Keliling (Tarling) di Rumah Dinas Wali Kota Semarang, Senin (6/5). Tarling itu sendiri merupakan agenda rutin Pemkot Semarang selama Ramadan, sebagai upaya mempererat tali silaturrahmi antara jajaran Pemkot Semarang dengan Forkopimda dan juga masyarakat.

Hendi, sapaan akrab wali kota, menegaskan pemerintah telah memberikan toleransi dengan menerapkan pengurangan jam kerja ASN. Hal itu sesuai penetapan Pemerintah Pusat melalui Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia nomor 394 Tahun 2019 Tentang Penetapan Jam Kerja selama Bulan Ramadan 1440 H.

Dalam surat edaran tersebut, jam kerja ASN menjadi 32,5 jam per minggu, dengan ketentuan hari Senin sampai dengan Jumat, jam kerja dimulai pukul 08.00-15.15WIB dan hari Jumat pukul 08.00-11.30WIB. “Jam kerja selama bulan Ramadan kita kurangi dari yang semula 8 jam pada bulan-bulan biasa menjadi 7 jam per hari. Masuk jam 8, pulang tetap jam 15.15. Meski jam kerjanya sudah berkurang tetapi pelayanan harus tetap berjalan. Layani masyarakat dengan baik, dengan ikhlas, insya Allah menjadi ladang pahala bagi ASN,” tegasnya.

Dalam kesempatan itu pula, Hendi juga mengajak masyarakat untuk menjadikan Ramadan sebagai momentum untuk merekatkan kembali hubungan yang sempat renggang karena Pemilu 2019 kemarin.

“Kalau kemarin yang berbeda pilihan, ada ejekan yang menyakiti hati, sehingga bermusuhan, maka bulan Ramadhan ini merupakan momentum yang sangat baik untuk saling memaafkan, berbagi kebaikan untuk bersatu kembali. Warga kota Semarang itu semua saudara, hidup di dunia nyata, bukan di dunia maya, sesudah Pemilu ya akan bertemu dan hidup berdampingan kembali,” tambah Hendi.

Mengakhiri sambutannya, Hendi mengingatkan isu yang sering muncul di bulan puasa, yaitu sweeping. Sweeping merupakan permasalahan yang muncul karena kurangnya rasa tenggang rasa warga. Untuk itu, dirinya meminta agar warga Kota Semarang untuk tidak bertindak anarkis dengan melakukan aksi sweeping.

Sebaliknya, Hendi mengharapkan warga masyarakat untuk melaporkan kepada Ketua RT atau RW setempat untuk kemudian diteruskan agar mendapat tindakan dari aparat yang berwenang yaitu Kepolisian. “Jangan sweeping, laporkan saja kepada pemerintah atau kepolisian, nanti akan dilakukan tindakan persuasif. Ini untuk menjaga situasi Kota Semarang yang sudah kondusif, perbedaan menjadi kekuatan kita, dengan menjunjung tinggi sikap saling menghormati," tukasnya.

Sementara itu, dalam tausiahnya, KH Fakhrurozi mengingatkan bahwa ibadah puasa Ramadan bukan hanya membutuhkan fisik yang kuat, tetapi rohani dan niat yang kuat. Kekuatan fisik dan usia tidak menjamin iman seseorang. "Ada anak SD yang puasanya kuat sampai maghrib dan sebaliknya ada anak kuliah atau bapak PNS yang kerjanya di ruang ber AC kadang tidak kuat puasanya. Itu karena fisiknya kuat tetapi rohaninya tidak kuat," ujarnya.

(NS) Laporan: Andi Pujakesuma
  1. Layanan Publik
  2. Pemkot Semarang
KOMENTAR ANDA