"Pagi ini kita sepeda santai, sehingga jangan cepat-cepat sepedanya, lihat sekeliling mana saja yang perlu dikoreksi,"
Merdeka.com, Semarang - Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi datang pagi-pagi ke kantornya pada Jumat (15/2). Menggunakan kaos berkerah lengkap dengan celana olah raga, Wali Kota Semarang yang akrab disapa Hendi itu terlihat duduk tenang di atas sebuah sepeda yang berwarna merah.
Pagi itu, dia rupanya menunggu seluruh eselon dua di lingkungan Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang berkumpul. Mereka akan diajak berkeliling Kota Semarang tanpa mengendarai mobil dinas. Bukan tanpa alasan, dirinya meyakini dengan tidak menggunakan mobil dinas dan memilih sepeda, maka bawahannya di Pemkot Semarang tersebut dapat lebih peka terhadap kondisi kota yang dilewati.
Menariknya lagi, seluruh eselon dua yang diajaknya pagi itu tidak mengetahui jalur mana yang akan dilewati. Hal itu dikatakan Hendi agar yang dilihat benar-benar kondisi sebenarnya, bukan kondisi yang dipersiapkan karena akan dilewati pejabat-pejabat di kota yang dipimpinnya tersebut. "Saya yang di depan, rutenya ikut saja. Pagi ini kita sepeda santai, sehingga jangan cepat-cepat sepedanya, lihat sekeliling mana saja yang perlu dikoreksi," jelas Hendi.
Rombongan sepeda wali kota dan jajarannya itu pun akhirnya berangkat pada sekitar pukul enam pagi. Memutari rute seperti Tugu Muda-Pasar Karangayu-Jalan Dr. Sutomo-Jalan Pandanaran-Simpang Lima-Jalan Gajah Mada-Jalan Inpeksi Kali Semarang, lalu kemudian kembali ke Balai Kota Semarang melalui gerbang belakang.
Adapun dengan rute tersebut, tak kurang dari waktu 1,5 jam dihabiskan. Beberapa kali, Hendi mengajak tim untuk berhenti untuk mengawasi kondisi sekitar. Salah satu hal yang dimintanya untuk menjadi perhatian adalah terkait banyaknya rambu-rambu lalu lintas yang tertutup ranting pohon sehingga tidak terlihat. "Sebenarnya, dengan bersepeda ini saya mengajak sedulur-sedulur (saudara-saudara) saya yang merupakan eselon dua, bisa melihat yang dilihat oleh masyarakat umumnya, serta juga ikut merasakan," tambahnya.
Dengan cara itu, lanjut dia, maka para pejabat eselon dua itu dapat mengetahui secara detil hal-hal apa yang harus diperbaiki. "Tentu saja selain ini banyak hal lain yang bisa dilakukan, misalnya dengan naik bus Trans Semarang bersama-sama, supaya bisa merasakan jalur pedestrian kurangnya di mana, bus BRT kurang nyamannya sebelah mana, dan seterusnya," tukasnya.