"Bahkan hari ini pun kami sudah mulai melakukan pembiayaan pembangunan dengan opsi lain melalui skema KPBU, kerjasama pemerintah..."
Merdeka.com, Semarang - Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang secara regulasi memiliki banyak opsi untuk mencari pembiayaan. Bahkan, Kota Semarang dapat melepas obligasi hingga melantaikan BUMD di bursa saham.
Hal itu disampaikan Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi di main hall Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (30/10). "Bahkan hari ini pun kami sudah mulai melakukan pembiayaan pembangunan dengan opsi lain melalui skema KPBU, kerjasama pemerintah dan badan usaha," kata Hendi, sapaan akrab Hendrar Prihadi.
Pernyataan tersebut ditegaskannya pada kegiatan 100 CEO Forum saat Hendi ditanya mengenai kemungkinan adanya partisipasi dari sektor privat untuk pembangunan sektor publik di Kota Semarang.
Dalam acara bertajuk "Indonesia Ramah Investasi" itu, Hendi didapuk sebagai narasumber Vidjongtius (Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk), David Sumual (Chief Economist PT Bank Central Asia Tbk), serta Feb Sumandar (Direktur Utama PT Bahana Securities).
Di sisi lain, Hendi sebagai Wali Kota Semarang mengatakan selain partisipasi dalam pembangunan sektor publik, sektor privat diharapkan dapat secara optimal membaca tren positif Kota Semarang sekarang yang telah menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di Indonesia.
"Pada tahun 2017 untuk pertama kalinya realisasi pajak daerah Kota Semarang menembus angka Rp 1 triliun. Capaian tersebut seiring dengan penambahan jumlah usaha perdagangan dan jasa di Semarang yang masih besar potensinya untuk bertambah," ungkap politisi PDI Perjuangan tersebut.
Sementara itu, David Sumual selaku Chief Economist PT Bank Central Asia Tbk menegaskan jika tren investasi hari ini lebih kearah perdagangan, retail, dan properti.
"Ada tiga fase tren investasi di Indonesia, yaitu mulai tahun 70 sampai 80-an trennya adalah subtitusi impor yang kemudian berdampak positif pada industri otomotif, kemudian tahun 80 sampai 2000an trennya adalah export oriented industry, dan saat ini adalah yang meningkat investasinya pada sektor perdagangan, retail dan properti," jelasnya.
Pada kesempatan itu, David juga menyarankan Hendi sebagai kepala daerah untuk merespon adanya fenomena trade diversion para investor luar yang berpotensi merelokasi investasinya dari Amerika dan China ke Indonesia.
"Pak Hendi sebagai kepala di daerah harus ke Amerika dan China untuk mendorong relokasinya mereka ke daerah di Indonesia. Karena beberapa kali kita kalah cepat dengan Vietnam dan Thailand," pungkas direksi BCA tersebut.
Terkait hal tersebut Hendi pun menegaskan akan segera melakukan identifikasi investasi di luar yang mungkin direlokasi ke Kota Semarang. "Saya rasa usulan tersebut penting, maka segera kami lakukan identifikasi," tuturnya.