“Atas nama seluruh warga Semarang, saya ingin menekankan bahwa Kota Lama Semarang lebih dari sekadar daerah bersejarah."
Merdeka.com, Semarang - Setelah serangkaian lokakarya yang diadakan di Kota Lama Semarang terkait pengurangan resiko bencana (PRB), Badan Pengelola Kawasan Kota Lama (BPK2L) Semarang akhirnya meluncurkan Buku Pengembangan Strategi Pengurangan Resiko Bencana (PRB) Kawasan Kota Lama.
Buku tersebut nantinya dapat menjadi panduan bagi para pemangku kepentingan serta lembaga pemerintahan terkait yang berhubungan langsung dengan Kota Lama, Semarang.
Peluncuran Buku Pengembangan Strategi PRB ini juga merupakan salah satu upaya mendukung Kota Lama Semarang untuk menjadi Kota Pusaka Warisan Dunia tahun 2020. Hasil dari seluruh lokakarya yang telah terlaksana menunjukkan mendesaknya upaya sinergi antar masyarakat, pemerintah dan pemangku kepentingan dalam PRB.
“Atas nama seluruh warga Semarang, saya ingin menekankan bahwa Kota Lama Semarang lebih dari sekadar daerah bersejarah. Dari waktu ke waktu, Kota Lama Semarang telah membentuk identitas dan nilai-nilai inti masyarakat Semarang," kata Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi.
Hendi, sapaan akrab Hendrar Prihadi menerangkan, meskipun daerah bersejarah ini telah berulang kali berjuang melawan banjir pasang surut dan pengabaian yang cukup parah, namun sekarang semuanya sudah teratasi.
"Dan akhirnya dapat dengan bangga kita menegaskan komitmen bahwa Pemkot Semarang telah menyelamatkan pusaka ini sebagai sesuatu yang penting bagi integritas kita bersama," tambahnya.
Publikasi khusus PRB ini, lanjut dia, menandai kolaborasi yang konstan dari semua pemangku kepentingan, termasuk dengan para pihak terkait dari Malaysia dan Fiji yang telah berbagi pengalaman-pengalaman yang menginspirasi.
"Ketika kami belajar bahwa penerapan PRB merupakan arah strategis menuju pelestarian warisan yang berkelanjutan, ini menjadi tujuan utama kami untuk menciptakan kapasitas kelembagaan yang efektif untuk mengembangkan sistem pemantauan di dalam komunitas lokal, dan bersama-sama secara keseluruhan," tukasnya.
Sementara itu, Ketua Badan Pengelola Kawasan Kota Lama (BPK2L), Hevearita G Rahayu mengatakan, Kota Lama Semarang memang kota sederhana, namun bukanlah kota biasa. Meskipun beberapa waktu lalu lokasi ini diabaikan, namun saat ini upaya untuk mempertahankan sebuah riwayat keaslian hidup telah dilakukan.
"Untuk itu, sangat penting untuk memastikan adanya kegiatan konservasi, mengingat bahwa ancaman utama di Kota Lama disebabkan oleh karena perbuatan manusia, seperti banjir/rob, kebakaran, penurunan tanah, dan vandalisme," terangnya.
Wakil Wali Kota Semarang ini juga berterima kasih kepada setiap pemangku kepentingan dan para mitra kerja yang terlibat atas upaya mereka dalam membuat publikasi ini mungkin, terutama kepada UNESCO untuk dukungannya yang tanpa henti, Pemerintah Kota Semarang, Badan Pengelola Kawasan Kota Lama (BPK2L) Semarang, dan Universitas Katolik Soegijapranata.
"Hanya dengan sistem manajemen yang terintegrasi melalui tata kelola yang baik dan partisipatif maka perlindungan kota pusaka ini dapat terus berjalan," tutupnya.
Buku PRB tersebut memuat langkah-langkah penting cara mengatasi bencana yang mungkin terjadi di sekitar Kawasan Kota Lama, serta pihak-pihak mana saja yang terlibat dan berperan penting dalam upaya pencegahan ini.
Strategi PRB Kawasan Kota Lama merupakan upaya untuk mengurangi resiko dan dampak bencana baik yang disebabkan oleh alam maupun manusia. Strategi ini bertujuan meningkatkan kapasitas pemangku kepentingan yang terlibat dalam PRB serta memberdayakan masyarakat yang tinggal di kawasan Kota Lama melalui rencana pengelolaan kawasan yang lebih baik.