"Di Kota Lama, kita berusaha keras mempertahankan kelestarian bangunan-bangunan cagar budaya..."
Merdeka.com, Semarang - Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi menegaskan akan turun tangan dalam melakukan pengawasan proses revitalisasi kawasan Kota Lama Semarang. Hal tersebut dilakukan Wali Kota yang akrab disapa Hendi itu untuk memastikan prosesnya berjalan lancar.
Apalagi, peluang Kota Lama untuk menjadi Kota Warisan Budaya Dunia Unesco terbuka lebar, menyusul telah dicoretnya Kota Tua Sawahlunto dan Kota Tua Jakarta dari daftar sementara daftar tersebut.
"Kota Lama Semarang sebagai satu-satunya masih masuk dalam daftar sementara Warisan Budaya Dunia Unesco. Untuk itu, saya akan berupaya keras agar penataan kawasan tidak merubah nilai historis yang terdapat dalam kawasan tersebut," kata Hendi, saat mendatangi direksi keet project revitalisasi Kota Lama yang terletak di Jalan Kp. Sleko, Kota Semarang, Selasa (27/3).
Pada kesempatan itu, Hendi meneliti masterplan Kawasan Kota Lama Semarang yang dibagi dalam tiga zona. Zona pertama terdiri dari Jalan Tawang, Merak, Garuda, Branjangan, Nuri, Cendrawasih, Kedasih, Srigunting, Sleko, Kutilang, Mpu Tantular, Kasuari, dan Merpati.
Sedangkan Zona dua terdiri dari Jalan Kenari, Pinggir Kali Semarang, Perkutut, Lentjen Suprapto, Suari, Kepodang, Sendoro, Gelatik, serta Jurnatan. Dan untuk zona ketiga terdiri dari Kolam Retensi Berok serta Kolam Retensi Bubakan.
"Di Kota Lama, kita berusaha keras mempertahankan kelestarian bangunan-bangunan cagar budaya ini dengan mengawasi sekaligus merawat bangunan-bangunan yang ada," terangnya.
Untuk mendukung hal itu, Hendi menegaskan tidak hanya menjadi tugas pemerintah. Masyarakat juga diminta terlibat dalam memberikan masukan dan dukungannya.
"Tentu kami perlu dukungan dari masyarakat, yang harus melaporkan apabila ada bangunan-bangunan cagar budaya yang coba dibongkar, dirusak, atau bahkan mau diganti dengan konstruksi yang berbeda dengan bentuk awalnya," tegasnya.
Terkait proyek revitalisasi Kawasan Kota Lama Semarang sendiri, Hendi sendiri optimistis pengerjaannya dapat selesai di tahun 2018 ini. Menurutnya, proyek ini dikerjakan dua tahun anggaran dengan nilai Rp156 miliar.
Tahun anggaran yang pertama, lanjut dia, sudah dimulai pada bulan November tahun lalu. Dengan demikian, target penyelesaian pada Desember 2018 Diharapkan dapat tercapai tepat waktu.
"Untuk itu, hari ini saya cek mulai dari rencana drainase yang akan menggunakan U-ditch, kemudian juga terkait ducting untuk membebaskan Kota Lama dari kabel-kabel di atas karena akan kita tanam di bawah, dan seterusnya," tukasnya.
Selanjutnya, berkaca dari dicoretnya Kota Tua Sawahlunto dan Kota Tua Jakarta karena tidak mampu melengkapi data historis, Hendi terus berusaha untuk mendapatkan peta asli Kawasan Kota Lama Semarang yang masih tersimpan di Belanda.
"Hari ini dalam proses penyerahan, dan kami juga sedang menyiapkan tempat khusus yang steril untuk menyimpan peta tersebut agar kemudian tidak rusak setelah diserahkan kepada kami. Tanggal 10 April ada tenaga ahli dari Belanda yang akan datang ke Semarang untuk membahas terkait peta tersebut," pungkasnya.