1. HOME
  2. KOMUNITAS

Mengenal Komunitas Bawika Art Enthusiast Semarang

Promosikan tari tradisional khas Nusantara ke kancah dunia

Anggota Bawika Art Enthusiast Semarang saat sedang pentas di luar negeri. Foto/Istimewa.. ©2016 Merdeka.com Editor : Nur Salam | Contributor : Andi Pujakesuma | Minggu, 18 Maret 2018 11:52

Merdeka.com, Semarang - Untuk mengharumkan nama bangsa ke kancah dunia, banyak cara yang dapat dilakukan. Salah satunya adalah dengan seni, seperti tari tradisional yang selama ini mampu membuat bangga Ibu Pertiwi.

Salah satu komunitas tari tradisional yang sudah malang melintang di dunia internasional adalah Bawika Semarang Art Enthusiast. Komunitas tari yang beralamat di Jalan Karonsih Ngaliyan dan Jalan Tembalang Selatan IV Kota Semarang ini memang menjadi salah satu kebanggaan Bangsa Indonesia karena gencar mempromosikan tari tradisional Nusantara ke berbagai perhelatan berkelas dunia.

Sejak berdiri, Komunitas Bawika sudah aktif dalam berbagai ajang tari internasional. Pada 2013, komunitas ini berpentas di acara Shanghai Bhaosan Folk Arts Festival 2013, mereka meraih Best Performance. Kemudian, mengikuti Folk Faro Portugal 2014, meraih Most Favorite Performance.

Tahun 2015 mengikuti dua acara yakni Pincia Folk Spanyol 2015 dan Plozevet International Festival Perancis 2015. Sementara pada 2016, mereka juga diundang untuk tampil di International Youth Dance Festival Macau 2016.

"Kami memang memiliki visi misi untuk mempromosikan keragaman budaya Nusantara ke tingkat regional dan internasional. Selain itu juga mendorong partisipasi dan apresiasi masyarakat kepada budaya Nusantara, serta membuat dan mengembangkan gagasan budaya Nusantara," kata Director of Bawika Semarang Art Enthusiast, Reza Sukmana, belum lama ini.

Mengikuti ajang tari tingkat internasional, kata Reza, adalah salah satu program kerjanya. Kegiatan lainnya di antaranya mengadakan acara dengan tema budaya Nusantara sebagai edukasi kepada masyarakat, mengadakan kunjungan budaya, dan mengadakan festival bertaraf internasional. ”Visi kami adalah menjadi organisasi yang berkomitmen, mendorong pelestarian kesenian tradisional dan mempromosikan budaya Nusantara,” imbuhnya.

Reza menerangkan, sejak 2013 hingga 2015, komunitas Bawika membawakan bermacam tari Nusantara seperti tari dari Aceh, Minang dan beberapa daerah lain. Namun mulai 2016, Bawika menciptakan tari sendiri.

Ada dua tari yang sudah tercipta yakni Tari Ngilo yang menceritakan aktivitas gadis belia yang mencari jati diri dan Tari Abhitah bercerita laskar prajurit perempuan yang ikut berperang melawan penjajah.

”Tari tradisional yang kami kembangkan adalah tari tradisional klasik dan kreasi. Musik iringan tari juga kami lakukan sendiri, karena ada beberapa anggota kami ada yang tertarik bidang musik,” bebernya.

Saat ini anggota Komunitas Bawika berjumlah 40 orang. Mereka terdiri dari berbagai golongan, mulai mahasiswa, pelajar serta masyarakat umum.

Salah satu pengurus Bawika, Mukhlis menerangkan, pembentukan komunitas Bawika ini tidak bisa lepas dari Tim Misi Budaya Studio 8 Universitas Diponegoro (Undip) Semarang. Dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang dibentuk pada 2013 itulah berkembang menjadi Komunitas Bawika.

Para anggota yang sudah lulus kuliah membuat wadah kreatif seni tari. Wadah ini masih dalam tim UKM tersebut. Baru mulai 2016, para pentolan komunitas melepaskan diri dari naungan Undip.

”Tim Misi Budaya Studio 8 masih aktif sebagai UKM. Jika awalnya kami hanya beranggotakan mahasiswa Undip yang mendalami seni tari tradisional, saat ini anggotanya sudah dari kalangan umum, dari remaja, mahasiswa Unnes dan mahasiswa lainnya, pelajar SMA serta umum. Kami terbuka kepada siapa saja yang tertarik bergabung,” paparnya.

Mukhlis menguatarakan Bawika terbuka untuk siapa saja yang ingin bergabung. Kelengkapan informasi selalu disampaikan di akun media sosial instagram, twitter, youtube @misibudaya, facebook Misi Budaya.

”Komitmen kami adalah kita ingin membuat tari tradisional populer di kalangan remaja. Menari tradisional itu menyenangkan. Jadi kita ingin mereka tidak jangan ragu menari tradisional. Banyak yang memiliki kesan, saat ini menari tradisional itu kuno dan tidak keren. Nah, kami ingin memberi kesan sebaliknya ke mereka,” pungkasnya.

(NS) Laporan: Andi Pujakesuma
  1. Budaya
KOMENTAR ANDA