"Karena menurut saya, kompetisi yang paling mungkin bisa dimenangkan adalah lewat kualitas,"
Merdeka.com, Semarang - Persaingan perguruan tinggi, khususnya Perguruan Tinggi Swasta (PTS) untuk menjaring mahasiswa baru semakin ketat. Hal itu disampaikan Rektor Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) Muhdi di sela pelaksanaan Jalan Sehat dalam rangka rangkaian Dies Natalis kampus tersebut yang ke-37 di Kampus IV UPGRIS, Minggu (15/7).
Ketatnya persaingan antar perguruan tinggi itu, kata dia, dapat dilihat dari beberapa faktor. diantaranya adalah dengan jumlah perguruan tinggi di Tanah Air yang besar serta penambahan sejumlah program studi baru. Di samping itu, juga keberadaan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang terus menambah kuota penerimaan mahasiswa barunya.
"Karena pemerintah sekarang memang ingin meningkatkan angka partisipasinya. Maka yang digenjot pertama kan Perguruan Tinggi Negerinya. Di sisi lain, belum tentu realitasnya bahwa lulusan SMA yang minat (melanjutkan) ke perguruan tinggi itu semakin besar, karena terhalang oleh kondisi ekonomi sehingga persaingan di PTS juga akan semakin ketat," katanya.
Sebagai salah satu PTS, kata dia UPGRIS akan terus meningkatkan mutu dan layanan agar mampu bersaing pada kompetisi tersebut. "Karena menurut saya, kompetisi yang paling mungkin bisa dimenangkan adalah lewat kualitas," paparnya.
Dia menambahkan, pada era disrupsi saat ini, semua perguruan tinggi, baik PTS maupun PTN juga memiliki tantangan yang besar. Untuk menghadapi hal itu, perguruan tinggi harus mengubah berbagai mindset dalam berbagai aspek. Dengan memberikan pembelajaran yang lebih inovatif dan lebih kreatif lagi. "Diantaranya dengan menyelenggarakan pendidikan yang kita bisa sebut secara digital atau online," bebernya.
Lebih lanjut Muhdi menyampaikan, perguruan juga dituntut inovasi dan kreatifitasnya menelurkan temuan-temuan yang bermanfaat. "Kemudian yang terakhir, perguruan tinggi memiliki tantangan bahwa anak-anak (mahasiswa) yang dididik nantinya, pada era disrupsi ini akan berhadapan pada suatu keadaan, mereka harus mampu bekerja tidak sesuai dengan apa yang dibayangkan sebelumnya. Sehingga mereka harus dibekali lebih. Tidak saja keterampilannya atau kompetensinya atau skill-nya. Tetapi juga harus dibekali karakternya," ungkapnya.